Jumat , 19 April 2024
Barang siapa menginginkan dunia, taklukakanlah dengan ilmu. Barang siapa menginginkan Akhirat, gapailah ia dengan ilmu. Barang siapa menginginkan keduanya, rengkuhlah dengan ilmu. (Al-Hadits)
Breaking News
Beranda / Tokoh / SAYYID AHMAD BIN ISMAIL BIN YAHYA

SAYYID AHMAD BIN ISMAIL BIN YAHYA

Abah JenunSAYYID AHMAD NURIL MUBIN ATAU SAYYID AHMAD BIN ISMAIL BIN YAHYA

         

                  Sayyid Ahmad Nuril Mubin dilahirkan di desa jungjang, Arjawinangun Cirebon, pada hari sabtu, ± jam 12.00 siang, tanggal 10 Muharram, tahun alif 1268 H → 17 Muharram 1281 H.

Ayah dan ibunya merasa berbahagia mempunyai putra pertamanya laki-laki dan diberi nama oleh ayahnya yaitu Abah Sayyid Ismail yang mana mendapat ilham melalui mimpi ketika putranya masih dalam kandungan ibunya, yang mana menurut dalam mimpinya yaitu jika anaknya lahir nanti harus diberi nama Ahmad.

Beliau ( Sayyid Ahmad ) menurut silsilah masih keturunan Nabi Muhammad SAW dari putrinya Siti Fatimah Az Zahro dengan Sayyidina Ali Bin Abi Thalib r.a. yang mana hingga kepada beliau ( Sayyid Ahmad ) pada keturunan ke-37.

Ya Rabbana, bilahlil baitil mushthofa,tsabbit imanana ila yaumil wafa.

Artinya : Wahai Tuhan Kami ,

Catatan : Jika masih ada waktu dapat dilanjutkan dengan membaca manakib berikutnya .

 

Silsilah :

  1. Nabiyullah Adam Abul Basyar Alaihis salam ( Asyhadu alā ilāha illallōh, wa asyhadu adaina syafi’ulloh )
  2. Nabiyullah Syisy Alaihis Salam / Seth Anwas / Yanis / Enokh Qinan / Kenan Mahkail / Muhlil / Muhalul Yarid / Yard / Jered
  1. Nabiyullah Idrus Alaihis salam / Akh nukh
  2. Nabiyullah Nusya Bin Nun Alaihis Salam
  3. Sanan
  4. Ukhnukh
  5. Malik
  6. Nabiyullah Nuh Alaihis Salam ( Asyhadu anlā ilāha illalloh, wa asyhadu anna Nuh najiyulloh )
  7. Sain
  8. Qohsyad (Arfallsyah) Finan
  1. Nabiyulloh Shalih Alaihis salam
  2. Syalikh
  3. Amir / Abir
  4. Qoli
  5. Gowa ( Urghu ) Sarukh
  1. Nakhur
  2. Torikh
  3. Al-Ghoror
  4. Nabiyullah Ibrohim Alaihis Salam ( Asyhadu anla ilaha illalloh, wa asyhadu anna Ibrohim kholillulloh )
  5. Nabiyullah Ismail Alaihis Salam
  6. Hamli
  7. Qoidar ( Haidar )
  8. Laitsa Jainal Sahail Binta Salaman
  1. Al-Yasa ( Hain Yasa )
  2. Adda Addi
  1. Adnan
  2. Ma’ad
  3. Nizar
  4. Mudhar
  5. Ilyas
  6. Mudriqoh
  7. Khuzaimah
  8. Kinanah
  9. Annadrib Qusyai
  10. Malik
  11. Nadhri / Fihir
  12. Gholib
  13. Luayyi
  14. Ka’bib
  15. Murrah
  16. Kilab
  17. Qushoyyi
  18. Abdi Manaf
  19. Hasyim
  20. Abdul Muthalib
  21. Abdullah
  22. Nabiyullah Muhammad Shallallohu Alaihi Wasalam, gelarnya Nur Mubin Mushthofa Alim Bathin Thohir Muhsin ( Asyhadu anal ilaha illalloh, wa asyhadu anna Muhammadarrasulullah ) , dinamakan juga jaman Nur    ( cahaya )
  23. Siti Fatimah Az Zahro binti Rasulullah SAW dan suaminya adalah Sayyidina Ali Murladlo Bin Abi Thalib r.a.
  24. a. Sayyidina Hasan
    b. Sayyidina Husain
  25. Sayyidina Ali Zaenal Abidin Bin Husain, dinamakan jaman Mubin
  26. Muhammad Al-Baqir
  27. Jafar Shadiq, dinamakan jaman Mushthofa
  28. Ali Al Uraidhi
  29. Muhammad An Naqib
  30. Isa Arrum ( Isa An Naqib )
  31. Ahmad Al Muhajir
  32. Ubaidillah
  33. Sayyid Alwi Bin Thohir Al Hadid
  34. Sayyid Muhammad
  35. Sayyid Alwi
  36. Sayyid Ali Khaliqosam
    Sayyid Hasan Assurabi, dinamakan jaman ‘Alim
  1. Sayyid Muhammad Shohib Marbath
  2. Sayyid Ali
  3. Sayyid Muhammad Al-Faqih Al-Muqoddam
  4. Sayyid Alwi Al-Ghoyyur
  5. Sayyid Ali
  6. Sayyid Muhammad
  7. Sayyid Alwi
  8. Sayyid Ali
  9. Sayyid Husain
  1. Sayyid Yahya, dinamakan jaman Bathin
  2. Sayyid Ahmad
  3. Sayyid Alwi
  4. Sayyid Muhammad
  5. Sayyid Abdullah
  6. Sayyid Idrus
  7. Sayyid Muhammad
  8. Sayyid Musyiyyah
  9. Sayyid Thohir ( Thoha )
  10. Sayyid Syekh
  11. Sayyid Ahmad
  12. Sayyid Yahya
  13. Sayyid Isma’il
  1. Sayyid Ahmad Nuril Mubin Arjawinangun Cirebon, dinamakan jaman Muhsin, membawa torekat Syazaliyah adapun gelarnya : Ya Nur, Ya Mubin, Ya Mushthofa, Ya Alim, Ya Bathin, Ya Thohir, Ya Muhsin
  2. Sayyid Syeikhunal Muharrom Abah Umar Panguragan Wetan Cirebon, gelarnya : Ya Hadi, Ya Alim, Ya Khobir, Ya Mubin, Ya Wali, Ya Hamid, Ya Qowarim, Ya Hafidl

 

 

Catatan : 84. a.     * Jaman’ Alim adalah Sayyidina Hasan

* Jaman Bathin adalah Sayyidina Yahya

* Jaman Thohir adalah Syarif Hidayatulloh Sunan Gunung Jati Cirebon

 

5.2.      PADA USIA ± 8 BULAN ( PADA SAAT ITU DATANG BULAN RAMADHAN )

                  Dengan rahmat Allah, malaikat Hatif turun dari langit dan memberi kabar bahwa Sayyid Ahmad Nuril Mubin harus memulai pada Ramadhan.

Tandanya puasa yaitu : apabila datang waktu subuh ( menjelang shalat subuh ) Sayyid Ahmad Nuril Mubin tidak lagi mau menyusu kepada Ibunya ( Umi Wati ), hingga pada waktu maghrib baru si jabang bayi mau menyusu kembali ( berbuka puasa ).

Pada usia masih kecil / bayi hingga lanjut usia, beliau ( Sayyid Ahmad Nuril Mubin ) memulai puasanya ( Ramadhan ) selalu menggunakan perhitungan kalender hijriah isneniyah yaitu berbeda sehari lebih dahulu dari umumnya puasa umat Islam di negeri kita ini.

Dengan tanda-tandanya demikian maka sudah jelas bahwa panutan umat Islam akhir jaman sudah gelar ( timbul / muncul ).

Dalam hal ini sebagian para kiai / ulama serta umat Islam yang dibukakan taufik dan hidayah oleh-Nya, Alhamdulillah mereka semua dipertemukan dengan beliau.

Namun ada sebagian lagi dari mereka yaitu terutama dari golongan kiayi / ajengan yang sebenarnya mereka itu ada yang telah mengetahuinya, tapi mereka itu tetap acuh ( tidak peduli ) bungkam seribu bahasa, walaupun mereka mempunyai mata tapi buta untuk melihat, mempunyai telinga tapi tuli, karena merasa dirinya lebih pandai / sombong ( ujub ) dari yang lain, mungkin juga dikarenakan merasa bahwa segala ilmu pengetahuan sudah cukup bagi dirinya, padahal yang sebenarnya bahwa ilmu yang dimiliki belum ketemu ( bermanfaat ) dikarenakan belum berjumpa dengan panutan umat Islam akhir jaman, Khalifurrasullullah.

Oleh karena itu kepada saudara saudaraku kaum muslimin semua, harus percaya dengan yakin bahwa, sesungguhnya panutan umat Islam akhir jaman Kholifaturrasulullah sudah gelar ( muncul / timbul ) begitu juga pendampingnya / wakilnya pun sudah  muncul / timbul yaitu : Syekhunal Mukarrom Maolana Abah Sayyid Umar bin Isma’il Bin Yahya Panguragan Wetan Cirebon, yang mana beliau adalah adik Abah Sayyid Ahmad Nuril Mubin .

Ya Rabbana Biahlil Baitil Mushthofa tsabbit Imanana ila yaumul wafa.

Catatan : Riwayat tersebut di atas juga diriwayatkan oleh Nyi Halimah Binti Qodli Dahlan

 

  • DIRIWAYATKAN OLEH PENULIS JUGA OLEH NYI HALIMAH BINTI QODLI DAHLAN

Pada suatu hari si jabang bayi ( Sayyid Ahmad Nur ) ketika berada  di ranjang         ( tempat tidur ) besi, dimana beliau ditunggu oleh 2 ( dua ) orang pengasuh wanita. Beekat rahmat-Nya, ada utusan ( malaikat ) turun dari langit dengan membawa kabar bahwa Sayyid Ahmad Nur harus membaca kalimat tasbih / asmaul husna : “Ya Hayyu Ya Qoyyumu” namun kedua pengasuh tersebut tidak mengetahui bahwa ada malaikat datang kepada Sayid Ahmad Nur.

Selanjutnya si jabang bayi membaca kalimat :”Ya Hayyu Ya Qoyyum”, tetapi terdengar oleh kedua pengasuhnya tapi masing-masing berbeda.

Menurut pengasuh yang pertama mendengar dengan jelas sekali bahwa si jabang bayi berkata / membaca : “Ya Hayyu Ya Qoyyum”, sedangkan pengasuh yang kedua mendengarnya oyok-oyok / haya cikowah.

Dalam hal ini pengasuh yang pertama berkata kepada pengasuh yang kedua : kamu salah dengar sebab jelas sekali olehku bahwa si jabang bayi berkata / menangis : Ya Hayyu Ya Qoyyum. Namun pengasuh yang kedua berkata kepada pengasuh yang pertama : Eh ! justru kamu yang salah dengar, saya yang benar, bahwa si jabang bayi berkata : Oyok-oyok / Haya Cikowah.

Selanjutnya si kedua pengasuh tadi bertengkar mempertahankan pendapatnya masing-masing secara emosional, yang kedua-duanya tidak mau mengalah. Dalam hal ini mengandung symbol ( hikmah / siloka ) bahwa dikemudian hari para alim ulama munafik mengaku bahwa dirinyalah yang paling benar pendapatnya dan mengalahkan / menjelekkan / mencemoohkan kepada alim ulama yang sejati. Maklumlah ahli hadits hanya hafalnya saja, mengaji qiro’at hanya untuk mencari berkat / hadiyah / imbalan, ilmu tajwidnya hanya ditunjukan kepada lafalnya, namun tak sadar bahwa imannya gompal / rusak, menyembah Allah hanya untuk alat mencari dunia ( harta benda / materi ), maklumlah orang yang buta hatinya, iman tauhid tak mengenal ma’rifat .

Ada peribahasa orang jaman dahulu seloka ( symbol ) harus terbuka, tasawufnya harus ketemu dan fiqihnya harus terbukti.

Umat Islam akhir jaman terutama umatnya Sayyidina Syaikh Nuril Mubin dan Syekhunal Mukkarom Syeikh Khabirun adalah termasuk umat Islam akhir jaman pada jaman Muksin yaitu jaman yang sedang kita alami sekarang ini dan mudah-mudahan kita digolongkan termasuk penganutnya / muridnya.

Selanjutnya diriwayatkan ketika kedua pengasuh tadi sedang bertengkar saling mempertahankan pendapatnya masing-masing maka tiba-tiba datanglah Abah Isma’il ( yaitu ayahnya Sayyid Ahmad Nur ), kemudian kedua pengasuhnya dilerai / dipisah olehnya sambil berkata : kalian berdua ini sebenarnya sedang apa , mengapa bertengkar segala, apa yang sedang kalian permasalahkan ?

Kemudian kedua pengasuhnya menerangkan apa yang sedang mereka permasalahkan.

Adapun pengasuh yang pertama berkata : Abah, saya ketika menunggu bayi ini ( Sayyid Ahmad Nur ) mendengar dengan jelas sekali bahwa si jabang bayi menangis ‘Ya Hayyu Ya Qoyyum’, oleh karena itu untunglah Abah segera datang kemari,  dan  sesungguhnya  saya  mersa bingung  karena tidak tahu apa artinya / maknanya. Selanjutnya Abah Isma’il berkata : Apa benar si bayi ini berkata  begitu ? Dalam hal ini Abah Isma’il merasa bingung / heran memikirkan perkataan pengasuh yang pertama.

Sedang berkata demikian, selanjutnya si pengasuh yang kedua turut bicara : Abah, sebenarnya dia salah dengar, yang benar adalah saya yaitu bahwa si bayi menangisnya ‘oyok-oyok / haya cikowah.

Selanjutnya Abah Isma’il berkata : sudahlah ! kamu benar tidak salah, maka apabila kamu mempunyai ilmu baik ( kebaikan ) kamu jangan robah ( rupa-rupa ).

Mendengar perkataan Abah Isma’il demikian, si pengasuh yang kedua merasa di bela, kemudian si pengasuh yang kedua mencemoohkan ( ngeledek ) kepada pengasuh yang pertama sambil berkata : Nah, cobalah dengarkan olehmu, aku yang benar dan kamu yang salah.

Padahal dalam hal ini yang benar adalah pengasuh yang pertama, yaitu yang mendengar Ya Hayyu Ya Qoyyum.

Dengan adanya masalah tersebut sementara waktu Abah Isma’il tafakur dan memohon pertolongan Allah SWT serta syafaatnya Rasulullah SAW, bagaimana perkembangan si jabang bayi untuk selanjutnya ( masa depannya ).

Sedang merenung demikian, tak lama kemudian ada suara tanpa rupa ( ghoib ) dari langit tapi yang mendengar hanya Abah Isma’il sendiri.

Adapun yang berkata yaitu malaikat utusan dari Yang Maha Agung, yang konon berkata demikian : Hai Syarif, semoga kamu mengetahui bahwa putramu yaitu Sayyid Ahmad akan menjadi orang yang mulia serta alim dan dia akan menjadi panutan umat Islam akhir jaman kholifaturrasulullah yakni panutan akhiru dini Quthubbirabbani Shulahonul yang mulia.

Apabila orang mukmin tentu akan percaya dengan yakin tanpa ragu-ragu sedikitpun, karena kata oyok-oyok ( haya cikowah ) sekarang sudah terbukti jelas sekali yaitu : sekarang banyak para ulama su ( ulama jelek / palsu ) yang membenci pada dzurriyyah rasul ( keturunan Rasulullah SAW ), apalagi ini terhadap panutan umat Islam akhir jaman, disebabkan dia di dalam hatinya mengaku merasa paling alim ( ujub ) atau seolah-olah dirinya merasa menjadi kekasih Allah, sedangkan yang seharusnya mengaku diri bodoh, adapun yang pandai hanyalah Allah semata, sebab untuk manusia Ilmu hanyalah sekedar titipan dari-Nya.

Adapun yang mendengar kata Ya Hayyu Ya Qoyyum artinya : para ulama dan umat Islam yang percaya pada yang menyembah / mengislamkan di akhir jaman yaitu khalifatul mahdi : Syaikh Nuril Mubin di jaman Muhsin dan wakilnya yaitu Syaikhunal Mukkarom, serta melaksanakan apa yang diperintah-Nya misalnya : Shalat lima waktu sehari semalam, tepat pada waktunya, melaksanakan sunah-sunahnya yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW, berjanji di kaji, shodaqoh dijalankan, tolong-menolong diamalkan, saling menasehati dalam kebaikan dan sebagainya.

Adapun larangan-Nya dijauhi misalnya : zina, membunuh, mencuri, meminum minuman keras seperti bir dan sebagainya serta yang lainnya yang diterangkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Serta tetap di dalam hatinya menjerit dan menangis sambil memohon pertolongan Allah dan syafaatnya Rasulullah SAW, karomahnya Sayid Nuril Mubin dan Syeikhunal Mukkarom, karena merasa / mengakui bahwa dirinya bodoh.

Dan kita mungkin tidak dapat berbuat apa-apa, jika tidak mau mengikuti ( bahasa jawa Cirebon = ngagandul ) pada beliau ( Sayyid Ahmad Nuril Mubin dan Syaikunal Mukkarom Maolana Abah Umar ), tentu tidak akan merasakan nikmatnya ibadah.

Maka kita sebagai umat Islam akhir jaman harus mengetahui apa yang dinamakan syahadat syirri, karena syahadat tersebut insya allah akan dapat menyelamatkan kita nanti di alam kubur dan alam mahsyar kelak.

Selanjutnya kita harus merasa menyesal atas segala dosa yang telah kita lakukan, mumpung kita masih dipercaya oleh Allah sebelum terlambat dari pada menyesal kemudian yang tak ada gunanya.

Ya Rabbana bi ahlil baitil mushthofa tsabbit Imanana ila yaumil wafa.

 

  • TUJUH PERIODE / JAMAN BERDASARKAN SEJARAH

Menurut sejarah, umat Islam dari jungjunan kita Nabi besar Muhammad Rasulullah SAW hingga pada umatnya akhiru jaman dibagi menjadi tujuh periode / jaman yaitu :

 

No. Nama Jaman Pemimpin
1. Jaman Nur Rasulullah SAW
2. Jaman Mubin Ali Zainal Abidin Bin Husein r.a.
3. Jaman Mushthofa Ali Jafar Shidiq r.a.
4. Jaman ‘Alim Sayyidina Hasan
5. Jaman Bathin Sayyidina Yahya
6. Jaman Thohir Syarif Hidayatullah
7. Jaman Muhsin Sayyid Nuril Mubin Wakilnya Syekhunal Mukarrom

 

Jadi pada akhir jaman yaitu jaman Muhsin / jaman kebaikan yang memimpin / mengislamkan adalah Sayyid Nuril Mubin Abah Ahmad Bin Isma’il Bin Yahya Arjawinangun Cirebon dan wakilnya pun sudah timbul / gelar yaitu : Syaikhunal Mukarrom Maulana sering disebut kebon melati dan mendapat gelar / titel Ya Hadi, Ya Alim, Ya Khabir, Ya Mubin, Ya Wali, Ya Hamid, Ya Qowwim, Ya Hafidl, yang sekarang melanjutkan mengumandangkan syahadat sejati yaitu syahadat yang berasal dari gunung jati.

Bagi siapa saja yang percaya serta yakin tanpa ragu-ragu, insya Allah dirinya akan selamat dunia akhirat, dunia akhirat selamat, yang beriman tambah aman, yang teguh akan kukuh dan yang membenci tentu akan menemui kerugian dan yang memusuhi akan menjadi hancur karena akan mendapat murka Allah.

Pada jaman sekarang ini banyak sekali orang yang hafal Al-Qur’an dan Al-Hadits tapi tingkah lakunya tambah bengis, banyak ahli nahwu yang keliru, ahli tajjwid namun kepada orang lain tambah benci ( sunda = ijid ) dan ahli Qiro’at hanya untuk mencari berkat ( bingkisan atau imbalan materi ).

Maka timbul pertanyaan mengapa demikian ?, jawabannya adalah tidak lain

karena mereka itu mendapat murka Allah, dikarenakan mereka telah berani mencemoohkan atau menghina kepada dzurriyyah rasul, padahal dalilnya sudah jelas.

Oleh karenanya sangat disayangkan kepada umat Islam terutama pada para Kiayi atau Ajengan ( ustadz ) yang tak mau mempercayai pada cucu rasul khalifatul mahdi di jaman muhsin yaitu jaman penutupan yang sedang kita alami.

Maka saat sekarang inilah apa yang dinamakan jaman ayak-ayakan beras ( sunda = anu badag moncor anu lembut nyangsang ).

Kurang lebih 126 tahun, Sayyid Ahmad Nuril Mubin mengemban tugas dari Allah SWT untuk membimbing umatnya yaitu umat Islam di akhir jaman agar selamat dunia akhirat, namun sayang kebanyakan yang dibimbingnya imannya luntur karena tidak tahan uji / cobaan.

Mengenai namanya ada yang mengetahui ( mungkin banyak yang mengetahui ) tetapi sangat disayangkan, mereka tidak secepatnya menimba atau mengambil ilmunya, sebab mereka itu mempunyai keimanan yang macam-macam, yakni : ada yang mengaku karena ilmunya sudah cukup, atau kitabnya yang segudang dan lain-lain sebagainya.

Ada keterangan demikian : seandainya kita ingin mengenal Allah, maka kita harus mengenal dulu pada dirinya sendiri.

“Man arofa nafsaha faqod arofa robbahu”

Oleh karena itu diwajibkan kepada kita selaku umat Islam shalat sehari semalam lima kali yang dimulai dari :

  1. Shalat Shubuh 2 ( dua ) roka’at, karena kita telah diberi jasmani dan rohani atau raga kotor dan raga halus oleh Allah SWT.

 

  1. Shalat Dzuhur 4 ( empat ) roka’at, karena Allah SWT telah memberi amanat kepada kita telinga dua dan mata dua lengkap / sempurna.

Jadi yakin Allah SWT itu ada sebab ada ciptaan-Nya menempel pada diri kita.

Maka orang yang mau melaksanakan shalat dzuhur maka sama dengan tidak mengenal pada dirinya pribadi.

 

  1. Shalat Ashar 4 ( empat ) roka’at, bahwa Allah SWT telah memberi amanat kepada kita dua tangan dan dua kaki lengkap dengan jarinya.

Jadi barang siapa meninggalkan shalat ashar maka dia tidak mengenal pada dirinya pribadi, tegasnya dia tidak percaya pada Allah SWT.

 

  1. Shalat Maghrib 3 ( tiga ) roka’at, bahwa Allah SWT telah memberi amanat kepada kita yaitu lubang hidung dua dan mulut satu lengkap dengan lidahnya, maka barang siapa saja yang tidak melaksanakan shalat maghrib maka dia tidak mengenal pada dirinya pribadi.

 

 

  1. Shalat Isya 4 ( empat ) roka’at, bahwa Allah SWT telah memberi amanat kepada kita yaitu dada, punggung ( depan dan belakang ) dan bagian kiri dan kanan, maka barang siapa yang tidak mau mengerjakan shalat isya, maka dia sama dengan tidak mengenal pada dirinya sendiri, tegasnya tidak percaya kepada ALLAH SWT.

 

Oleh karena itu marilah kita belajar menjalankan ibadah shalat lima waktu tepat pada waktunya dan mudah-mudahan Allah SWT menerima ibadah shalat kita sebab shalat adalah tiangnya agama dan yang pertama kali di hisab oleh-Nya.

Apabila shalatnya baik, maka Allah SWT akan memandang baik pula amalan yang lainnya, sebaliknya jika shalatnya buruk maka dianggap buruk pula amalan yang lainnya.

 

Ya Rabbana bi ahlil baitil mushthofa tsabbit Imanana ila yaumil wafa.

 

  • KETIKA SAYYID AHMAD NURIL MUBIN MENGINJAK USIA ± 5 TAHUN

 

Pada saat Sayyid Ahmad Nuril Mubin menginjak usia ± 5 tahun, ayah dan ibunya tidak mengetahui bahwa putranya tak mau makan nasi dan jika dipaksakan suka muntah-muntah, adapun yang dimakannya yaitu jenis buah-buahan.

Beliau ( Sayyid Ahmad Nuril Mubin ) siang dan malam tidak pernah tidur. Hal ini karena memang Allah-lah yang menghendakinya disebabkan beliau akan dijadikan panutan umat Islam akhir jaman, oleh karenanya beliau harus menjalani gemblengan lahir dan bathin yang sangat berat.

Beliau ( Sayyid Ahmad Nuril Mubin ) diberi oleh Allah SWT ilmu yang jarang sekali dimiliki oleh semua manusia, baik itu dari kalangan kiayi ataupun ajengan, dan sebagainya. Adapun ilmunya yaitu ilmu laduni ( ilmu yang tanpa ditutur dengan belajar seperti umumnya manusia ) hal ini semata-mata karena kehendak Allah SWT melalui ilham.

 

Ya Rabbana bi ahlil baitil mushthofa tsabbit Imanana ila yaumil wafa.

 

  • SAYYID AHMAD NURIL MUBIN MMENGINJAK USIA ± 6 TAHUN

 

Ketika menginjak usia ± 6 tahun, beliau selalu dijaga oleh malaikat dan hakikatnya oleh Allah SWT yang melindunginya.

Pada saat itu beliau sedang bermain-main dengan teman-temannya, baik yang sudah besar maupun yang masih kecil, yang mana pada saat itu sedang bermain kelereng ( sunda = kaleci ).

Adapun Sayyid Ahmad Nuril Mubin tidak pernah ikut bermain kelereng namun melihat saja.

Menjelang waktu dzuhur ibu Sayyid Nuril Mubin / Syeikh Nur mencarinya kesana kemari dan kebetulan Sayyid Nuril Mubin diketemukan di tempat permainan tersebut. Setelah berjumpa kemudian ibunya berkata : Nak ! ibu sudah mencarimu kesana kemari, untunglah kau berada disini, ayo kita pulang dulu untuk makan siang dan nanti kalau sudah makan boleh main lagi.

Ringkas riwayat, setelah sampai di rumah lalu ibunya menyediakan makanan, kemudian diberikan kepada Syeikh Nur sambil ibunya berkata : Silahkan makan yang tenang disini, selanjutnya ibu akan menyediakan minum buat Abah ( ayah Syeikh Nur ) sebab sebentar lagi Abah akan datang.

Setelah menerima makanan yaitu nasi lengkap dengan lauk pauknya seperti semur daging / bistik daging sapi, namun Syeikh Nur menjadi kebingungan karena harus dibagaimanakan makanan sebanyak itu, sebab Syeikh Nur tidak suka makan nasi.

Akhirnya makanan tadi disimpan di kolong ranjang ( tempat tidur ) besi, kemudian Syeikh Nur pergi lagi ke tempat permainan tadi karena takut dimarahi oleh ibunya.

Adapun ibunya setelah selesai menyediakan minuman lalu mendatangi kamar dimana Syeikh Nur sedang makan. Namun setelah sampai di kamar, ibunya menjadi kaget dikarenakan putranya sudah tidak ada disitu sedangkan makanannya diacak-acak oleh ayam.

Selanjutnya ibu Syeikh Nur marah dan tak pikir panjang lagi langsung pergi mencari putranya. Dan setelah ketemu langsung saja Syeikh Nur dipukul oleh ibunya, namun heran bin ajaib setelah memukuli putranya, tiba-tiba ibunya terjatuh seperti ada yang membanting sehingga menjerit-jerit kesakitan, karena tangannya seperti ada yang melintir ( sunda = marieuskeun ), sehingga orang-orang disekitarnya menjadi heboh / kaget dengan adanya kejadian seperti ini dan diantaranya disitu ada Kiyai Sanawi / Hanafi dari Arjawinangun.

Kemudian Kiayi Sanawi / Hanafi bertanya kenapa sampai terjadi hal yang demikian terhadapnya ( Ibu Sayyid Ahmad Nuril Mubin ) ?

Selanjutnya diterangkan asal usulnya mengapa sampai terjadi kecelakaan demikian.

Setelah Kiayi Sanawi / Hanafi mendengar asal usulnya, lalu Kiayi Sanawi / Hanafi membawanya pulang ke rumahnya Syeikh Nur.

Selanjutnya Kiayi Sanawi / Hanafi mencari Syeikh Nur, dan setelah ketemu lalu Syeikh Nur dipeluk dan dicium oleh Kiayi Sanawi / Hanafi lalu dibawa pulang karena merasa khawatir ibu Syeikh Nur yang sedang menderita sakit.

Setelah mendengar ibunya sakit lalu Syeikh Nur ikut kepada Kiayi Sanawi / Hanafi pulang kerumah orang tuanya. Dan setibanya di rumah, lalu tangan Syeikh Nur di usap-usapkan pada tangan ibunya yang sakit sambil berkata : waras umi waras.

Selanjutnya berkat karomah dan pertolongan-Nya, mendadak ibu Syeikh Nur sembuh kembali seperti sedia kala.

Setelah terjadi peristiwa demikian, akhirnya ibu Syeikh Nur tak berani lagi memukuli / memarahi putranya.

Dengan adanya kejadian tersebut maka menjadi berita hangat keseluruh pelosok desa Jungjang Arjawinangun Cirebon, dan ada sebagian orang berkata : Mungkin saja kuwalat / durhaka, sebab setidak-tidaknya Syeikh Nur adalah cucu Rasul, maka perbuatan semacam itu Allah tidak meridhoinya.

 

Demikianlah keadaan Syeikh Nur / Sayyid Ahmad Nuril Mubin pada waktu itu, sedangkan ibunya sendiri hanya punya kesalahan tak seberapa pada putranya, begitu Allah SWT murka, apalagi kita ibarat peribahasa kaleng bekas / rongsokan yang tak ada harganya, seandainya tidak percaya pada beliau yang begitu ajaibnya.

Oleh karena itu kita harus percaya dan yakin bahwa beliau itu adalah Kholifatullah Akhirru Jaman.

Adapun yang beriman insya alllah tambah aman dan akan mendapat kemuliaan dunia akhirat sedangkan yang tidak percaya akan sengsara dunia dan akhirat.

Selanjutnya riwayat tadi yaitu setelah ibunya sembuh lagi dari sakit yang dideritanya, maka Abah Isma’il ( ayah Syeikh Nur ) memberi peringatan kepada istrinya bahwa untuk selanjutnya jangan berani-berani lagi menentang / melarang apalagi sampai menyakitinya, sebab menurut suara tanpa rupa ( ghoib ) memberi nasehat kepada kita bahwa anak kita ( Syeikh Nur ) bukanlah manusia sembarangan, dia akan dijadikan panutan umat manusia, kholifaturrasulullah, Habibullah, Waliyullah akhiru jaman oleh Allah SWT yang Maha Agung.

Ada peribahasa orang jaman dahulu begini : Sungai besar telihatnya dalam tapi setelah didekati ternyata dangkal, terlihat arusnya deras namun kalau disebrangi ternyata lemah ( sunda = walungan gede katinggalna jero, naming nyatana deet, katinggal caina deres naming alit ).

Hal itu adalah mengandung symbol / hikmah atau suatu pertanda bahwa di akhir jaman banyak orang mengaku pinter luar biasa tapi buktinya tak bisa apa-apa malahan mutar muter bikin keder / bingung kepada yang benar, mengaku jujur tapi kepada yang lain suka curang, kepada orang kecil suka licik, jika kepada yang sedang mendapat kesenangan suka difitnah dan kepada yang bodoh suka di olok-olok dan sebagainya.

Mudah-mudahan kita semua tidak demikian serta selalu memohon kepada Allah SWT semoga diberi kekuatan iman dan islam serta dijauhkan dari segala godaan syaithon la’uatulloh.

Ya Rabbana bi ahlil baitil mushthofa tsabbit Imanana ila yaumil wafa.

 

  • KETIKA MENGINJAK USIA ± 7 TAHUN

Pada saat usia beliau menginjak ± 7 tahun, konon katanya pada waktu itu beliau sedang bermain dengan teman-temannya dan kebetulan pula pada saat itu sedang bermain kelereng di halaman sebuah toko milik orang China, namun dalam hal itu Syeikh Nur tidak turut bermain, hanya melihat saja.

Ketika sedang seru-serunya bermain / bertanding diantaranya ada salah satu kelereng membentur piring dagangan sehingga ada yang pecah.

Melihat ada kejadian seperti itu lalu si pemilik toko tersebut memeriksa barang dagangannya dan setelah diketahui bahwa barang dagangannya ada yang pecah maka si Babah China ( pemilik toko ) tersebut marah-marah.

Selanjutnya melihat si pemilik toko marah-marah lalu anak-anak yang sedang bermain disitu lari meninggalkan tempat tersebut dan hanya Syeikh Nur saja yang masih ada disitu, sebab menurut fikirnya bahwa dirinya tidak merasa bersalah.

Adapun si Babah China melihat Syeikh Nur masih ada disitu maka tak pikir panjang / emosi, lalu Syeikh Nur dipukuli dan diseret sambil si Babah berkata : Orang tua mu tak bisa mengajar, biar aku yang mengajarnya dan siapa yang menyuruh kamu bermain disini, memangnya ini tanah kepunyaan orang tuamu, ayo coba datangkan orang tuamu kemari, biar sekalian ku hajar semuanya             ( sambil bicara : bangsat, kunyuk, dan sebagainya )dan sambil terus menerus si Babah China  menyakiti Syeikh Nur.

Namun karena rahnat-Nya, Syeikh Nur tidak cedera sedikitpun, bahkan tidak terasa apa-apa, untunglah hal ini menimpa Syeikh Nur, mungkin kalau menimpa yang lainnya akan luka-luka.

Dalam hal ini si Babah China merasa lelah sendiri, sedangkan Syeikh Nur yang disakitinya tetap tegar tak menderita apa-apa.

Melihat Syeikh Nur disiksa tak apa-apa, akhirnya si Babah sadar lalu timbul pertanyaan dalam hatinya : Aneh dan ajaib, punya jimat apa anak ini ? Kok saya siksa tidak apa-apa sedangkan saya yang menyiksanya malahan capek sendiri ?

Setelah berfikir sejauh itu lalu si Babah meninggalkan Syeikh Nur.

Ketika Syeikh Nur sedang disiksa oleh si Babah, banyak orang yang melihatnya, namun tak satu pun ada orang yang berani membela sebab merasa takut, namun diantaranya ada yang mengenal Syeikh Nur karena orang tersebut adalah tetangga Abah Isma’il ( ayah Syeikh Nur ).

Melihat kejadian bahwa si Babah sedang menyiksa Syeikh Nur, lalu tetangganya tadi langsung melapor kepada Abah Isma’il bahwa putranya sedang disiksa oleh Babah pemilik toko.

Setelah mendapat kabar bahwa putranya sedang disiksa oleh Babah China, buru-buru Abah Isma’il pergi mendatangi tempat dimana Syeikh Nur sedang disiksa. Dan disitu terlihat Syeikh Nur sedang menangis, kemudian dipeluk dan ditangisi sambil diperiksa sekujur badannya, karena dikhawatirkan ada yang luka, namun Alhamdulillah tidak ada sedikitpun yang terluka.

Kemudian Abah Isma’il berkata : Sudah nak jangan menangis, Abah tak akan marah kepadamu.

Selanjutnya Syeikh Nur digendong dan dibawa pulang ke rumah.

Selama di perjalanan, Abah Isma’il bergumam ( bicara dengan hatinya sendiri ) : menurut perasaanku sampai setua ini, saya belum pernah bertengkar / punya masalah dengan orang lain, apalagi ini terhadap si Babah China tak kenal sama sekali.

Aduh, masya Allah aniaya benar orang ini, sedangkan masih ada orang tuanya sudah berani menghina apalagi nanti kalau ayah dan ibunya ( orang tuanya ) sudah tidak ada, kemungkinan lebih daripada menghina, oleh karena itu saya tidak rela anak saya disiksa tanpa dosa, apalagi ini oleh si Babah China dan saya memohon kepada Allah dan Rasul-Mu bahwa saya tidak ridho punya anak disiksa oleh Babah.

 

Selain itu Abah Isma’il berkata pada putranya : Nak, ku do’akan mudah-mudahan kamu mendapat kemuliaan.

Selanjutnya tak lama kemudian datang Ibu Syeikh Nur, lalu berkata sambil menangis : Saya tidak rela dan sebaiknya Abah lapor kepada polisi biar si Babah diberi pelajaran, lalu dijawab oleh Abah Isma’il : Biarlah bu ! tidak usah lapor, sebab anak kita Alhamdulillah tidak apa-apa.

Mudah-mudahan dengan kisah tersebut kita dapat mengambil hikmahnya, selanjutnya kita riwayatkan tentang keadaan si Babah China.

Setelah si Babah menyiksa Syeikh Nur, selang waktu atau jarak ± 3 hari, kemudian istri si Babah meninggal dunia dan beberapa hari kemudian anak-anaknya meninggal, punya anak lima meninggal semuanya. Kemudian rumah serta harta bendanya habis / musnah terbakar yang tinggal hanyalah si Babah China sendiri, namun tak lama kemudian si Babah menjadi gila, wa’udzubillah.

Demikianlah hukuman Allah kontan / langsung dibuktikan di dunia ini,  apalagi nanti di akhiratnya, lebih-lebih hal ini berani menghina kepada dzurriyyah rasul yang dimaksud oleh Allah, maka sudah tentu Allah murka.

Ada peribahasa bahwa menyesal itu tidak pada awalnya tapi pada akhirnya           ( sunda = kaduhung mah tara tiheula, tapi pandeuri ).

Oleh karena itu saudara-saudaraku seiman sekalian, kita harus percaya dan yakin bahwa beliau ( Syeikh Ahmad Nuril Mubin ) adalah Khalifatul Mahdi Akhiru Jaman, dijaman Muhsin yaitu jaman yang sedang kita jalani sekarang ini.

Ya Rabbana bi ahlil baitil mushthofa tsabbit Imanana ila yaumil wafa.

 

  • MENGINJAK USIA ± 8 TAHUN

Ketika meninjak usia ± 8 tahun, akan dipesantrenkan di Pesantren Ciwedus desa Timbang Cilimus Kuningan oleh ayahnya yaitu Abah Isma’il Bin Yahya, yang mana pesantren tersebut pada masa itu sudah terkenal kemana-mana.

Adapun pimpinan pesantrennya yang terkenal adalah Mama Kiayi Ahmad Shabari, yang mana pesantren tersebut sudah banyak menyebarkan / menghasilkan tokoh-tokoh Kiayi / Ulama yang sholeh, yang kaya akan ilmu-ilmu agama Islam yang sangat mendalam, serta taat dan patuh menjalankan perintah Allah dan Rasul-Nya serta menjauhi segala yang dilarang-Nya.

Oleh karena itu ilmu orang dahulu terbukti langsung ( sunda = saciduh metu saucap nyata ) sebab mereka tak pernah bohong dan sebagainya.

Ringkasnya riwayat bahwa Syeikh Nur sudah tiba di pesantren Ciwedus dan kebetulan Mama Kiayi Ahmad Shabari sedang ada.

Selanjutnya Syeikh Nur disambutnya, lalu dicium tangannya dan dipangku oleh Mama Kiayi A. Shabari adalah seorang Kiayi / Ulama yang ‘alim yakni kiayi yang mencintai pada dzurriyyah rasul, oleh karena itu Mama Kiayi A. Shabari disayang oleh Allah dan Rasul-Nya.

Pada suatu hari ( rabu ) ketika Mama Kiayi sedang menerangkan Bab permasalahan hukum-hukum zina dan pada saat itu menerangkannya ada yang salah lalu diluruskan / dibenarkan oleh Syeikh Nur, sambil berkata : Awas harus hati-hati Mama Kiayi dan jangan sekali lagi memberi petunjuk salah sebab berdosa dan bisa jadi calon neraka.

Setelah ditegur begitu, lalu Mama Kiyai A. Shabari menangis karena merasa ajrih

oleh Syeikh Nur dan hakekatnya karena takut kepada Allah Rabbul Alamin.

Selama di pesantren Ciwedus, Syeikh Nur dijadikan penasehat oleh Mama Kiayi A. Shobari dan apabila Mama Kiayi A. Shobari hendak mengajar suka mohon ijin dulu pada Syeikh Nur dan Mama Kiayi A. Shobari berpesan pada santrinya agar bersifat hormat dan bertingkah laku hati-hati kepada Syeikh Nur.

Diriwayatkan pada suatu hari Syeikh Nuril Mubin meninggalkan pesantren Ciwedus, sedangkan para santri-santrinya juga termasuk Mama Kiayi Shobari tidak mengetahui bahwa Syeikh Nur pergi meninggalkan pesantren Ciwedus.

Setelah diketahui bahwa Syeikh Nur tidak ada di pondokannya maka perasaan Mama Kiayi A. Shobari jadi bingung karena harus bagaimana menjawabnya jika Abah Isma’il menanyakan putranya tentu hal ini tidak dapat menjawab apa-apa.

Kemudian Kiayi A. Shobari berinisiatif memanggil 2 ( dua ) orang santrinya. Setelah kedua santrinya datang lalu Mama A. Shobari memberi nasehat : Hai santri, kamu berdua saya beri tugas berat, yang mana kamu harus mencari Syeikh Nur hingga ketemu dan terbawa kehadapan Mama dan apabila kamu belum menemukannya maka kamu berdua tidak boleh pulang kemari dan aku akan memberiikan hadiah sebesar Rp. 70,-.

Mendengar perintah gurunya demikian, kemudian kedua santri tersebut pamit / minta ijin dan mohon do’a restu kepada gurunya agar berhasil apa yang dimaksudnya. Kemudian selama dalam perjalanan si dua santri tadi merasa gembira sebab akan mendapat hadiah / imbalan uang begitu banyaknya yang mana nilai uang tersebut pada waktu itu cukup untuk membeli kerbau dua ekor.

Kita tunda dulu riwayat si dua santri yang ada dalam perjalanan mencari Syeikh Nur dan kita riwayatkan tentang keadaan Syeikh Nur yang sudah kurang lebih seminggu lamanya meninggalkan pesantren Ciwedus Kuningan, yang mana pada waktu itu Syeikh Nur sedang berkunjung ke rumah seorang juru tulis / sekertaris Wedana di Cilimus.

Adapun juru tulis di Cilimus tersebut masih ada hubungan saudara / family dari pihak Ibu Syeikh Nur.

Pada waktu itu Syeikh Nur sedang duduk berteduh di halaman rumah dekat jalan besar. Selanjutnya ketika Syeikh Nur berada di sekitar halaman rumah tersebut maka terlihatlah oleh kedua santri Kiayi A. Shobari yang sedang diberi tugas mencari Syeikh Nur oleh gurunya.

Melihat Syeikh Nur ada disitu bukan main gembiranya hati kedua santri tadi, kemudian kedua santri mendekat Syeikh Nur sambil berkata : Alhamdulillah Wasyukurillah wani’matillah kebetulan Syeikh Nur / Syarif ada disini, karena kami berdua sudah ± seminggu mencari Syarif yang mana diberi tugas oleh Mama Kiayi Shobari untuk mencari Syarif, dan seandainya ketemu maka dimohon Syarif harus kembali ke Ciwedus bersama kami berdua, namun seandainya belum ketemu, kami berdua tidak diijinkan pulang ke Ciwedus, malahan akan diberi imbalan / hadiah bila Syarif ketemu dan terbawa kehadapan Mama Kiayi, oleh karena itu kami berdua mohon kepada Syarif agar sekarang juga pulang dulu ke Ciwedus,

sambil di dalam hatinya merasa bangga sebab akan diberi imbalan / hadiah yang begitu besar yaitu ± Rp. 70,- yang mana pada waktu itu cukup untuk membeli dua ekor kerbau.

Mendengar keterangan kedua santri begitu kemudian Syeikh Nur menjawab : Sekarang kalian berdua pulang saja duluan biarkan saya nanti menyusul dan katakana kepada Mama Kiayi A. Shobari bahwa saya sebentar lagi akan datang.

Selanjutnya dijawab oleh kedua santri tadi : Jangan begitu Syarif, perginya harus bersama-sama dengan kami sekarang juga, sebab kalau tidak bersama-sama nanti kami berdua dimarahi oleh Mama Kiayi A. Shobari.

Ceritanya kedua santri tetap memaksa Syeikh Nur agar berangkat bersama-sama, namun oleh Syeikh Nur ketahuan bahwa niat kedua santri mencarinya bukan karena ikhlas, tapi karena upah / hadiah yang akan diberikan oleh gurunya, maka Syeikh Nur tetap menolak maksud kedua santri tadi.

Lama-kelamaan hilanglah kesabaran si dua santri, maka timbullah nafsu amarahnya dan tak pikir panjang lagi akhirnya Syeikh Nur ditangkap, yang maksudnya jika tak dapat dibujuk secara halus maka dipaksa secara kasar, karena menurut pemikirannya tidak seberapa susah memaksa anak kecil ini.

Hal ini karena hati kedua santri sudah tertutup oleh nafsu busuknya, sebab yang dilihatnya hanya masalah untung materi saja, yaitu soal imbalan / hadiah tadi.

Demikianlah nafsu terhadap dunia, bila tidak dapat mengendalikan akan mengadudombakan diri kita, karena berebut masalah keduniaan / materi dan tidak ingat terhadap saudara atau teman dan sebagainya, yang mana hal ini dapat saling bunuh membunuh, saling fitnah dan sebagainya, yang akhirnya menjadi perpecahan antara anak dan orang tua, kakak dengan adiknya, paman dengan keponakan, santri dengan santri dan kiayi dengan kiayi dan sebagainya. Yang intinya karena difitnah / diadu dombakan oleh hawa nafsu dunia yaitu memperebutkan bungkusan kosong yang tak ada artinya yaitu contohnya terhadap si dua santri yang disuruh oleh gurunya.

Oleh karena dia lupa daratan ( sunda = poho kanu purwadaktina ) yang mana iman di begal oleh syetan akhirnya badan yang menjadi korban.

Menurut perasaan kedua santri seakan-akan Syeikh Nur sudah tertangkap padahal hanya sekedar perasaan saja, namun yang sebenarnya si kedua santri tadi sedang berkelahi yakni saling tinju / pukul dan saling banting dan sebagainya, sedangkan Syeikh Nur hanya tersenyum dan meninggalkan kedua santri tersebut dan menuju ke pesantren Ciwedus.

Setibanya di pesantren Ciwedus, langsung saja oleh Kiayi A. Shobari disambut lalu dipangku dan dicium, sedangkan istri Mama Kiayi yang mengipasinya.

Kita tunda dulu kisah Syeikh Nur yang sudah tiba di pesantren Ciwedus dan kita lanjutkan kisah tentang si dua santri yang sedang bertengkar.

Karena terlalu lama berkelahi maka lama kelamaan badannya merasa kelelahan dan sakit-sakit sehingga mereka berdua sadar bahwa dirinya sedang berkelahi dengan temannya sendiri yaitu saling pukul, saling tending dan sebagainya, sedangkan Syeikh Nur nya sudah tidak ada lagi disitu.

Setelah si dua santri sadar bahwa tindakan yang mereka kerjakan adalah keliru, lalu mereka berdua berembuk untuk pulang ke pesantren dan akan melaporkan apa yang mereka kerjakan kepada Mama Kiayi Shobari.

Setibanya di pesantren Ciwedus, kemudian si kedua santri menghadap gurunya yaitu Mama Kiayi A. Shobari, selanjutnya diterangkan segala yang telah dialami  / dikerjakan olehnya yakni dari awal hingga akhir tak ada yang terlewat yaitu dari mulai ketemu sedang duduk dipinggir halaman rumah sampai diajak pulang bersama ke Ciwedus, namun karena Syeikh Nur menolak maka oleh kami berdua dipaksa secara kasar atau kalau tidak salah kami ringkus dan kami banting, tapi aneh bin ajaib justru badan kami yang sakit karena kami berdua berkelahi dan akhirnya badan kami berdua yang luka / rusak, sedangkan Syeikh Nurnya sudah tak ada disitu entah pergi kemana.

Demikian laporan kami berdua, oleh karena itu kami pasrah kepada Mama Kiayi dan akan menerima hukuman apa saja yang akan dijatuhkan kepada kami berdua.

Mendengar perkataan si dua santri begitu lalu Mama Kiayi Shobari berkata : Kan sudah aku katakan, kalian harus berhati-hati dan jangan sembrono, dan juga jangan memaksa, karena Syeikh Nur adalah cucu Rsul Khalifatul Mahdi akhiru jaman, awalu dini akhiru dini, yaitu awalnya adalah jungjunan kita Nabi Muhammad Rasulullah SAW dan akhirnya adalah Syeikh Ahmad Nuril Mubin di jaman Muhsin, adapun wakilnya yaitu adiknya yang bernama Sayyidi Syekhunal Mukarrom Maolana Abah Umar Bin Isma’il Bin Yahya Panguragan Wetan, Cirebon.

Beruntunglah bagi mereka yang berguru kepada beliau dan rugilah bagi mereka yang tidak mempercayainya, terutama kepada golongan para Kiayi yang umumnya mereka tidak percaya padanya dikarenakan dirinya mengaku pinter, dumeh ada dalil Al Ulama Warosatul yang artinya : Ulama adalah pewaris Nabi, sehingga menganggap orang lain itu bodoh.

Kita hidup di dunia ini jangan bodoh yaitu ditipu ( sunda = dibobodo ) oleh hawa nafsu. Oleh karena itu kita harus tahu sejarah pada panutan umat Islam akhir jaman.

Awalnya yang mengislamkan adalah jungjunan Nabi Muhammad Rasulullah SAW dan estafet yang mengislamkan akhir jaman adalah Syeikh Ahmad Nuril Mubin dan wakilnya adalah Syekhunal Mukarrom di jaman Muhsin.

Semua umatnya / muridnya dipimpin oleh beliau yakni diajari tentang syahadat untuk bekal mati, maka jika hidup di dunia tidak bertemu dengan ilmu syahadat tentu akhiratnya akan sengsara.

Adapun sengsara di dunia tidak seberapa dibandingkan dengan sengsara di akhirat.

Selanjtnya kita riwayatkan keadaan Sayyid Nuril Mubin yang kurang lebih ada setahun lamanya di Pesantren Ciwedus Kuningan.

Selama di pesantren beliau tak pernah diajari / diberi pelajaran oleh Mama Kiayi A. Shobari namun justru sebaliknya Syeikh Nur yang memberi pelajaran pada Mama Kiayi A. Shobari, karena Mama pernah bermimpi kedatangan Rasulullah SAW yang mana menitipkan Syarif Ahmad Nuril Mubin supaya dijaga.

Setiap ba’da shalat maghrib atau ba’da isya, kadang-kadang syeikh Nur suka menghadiri atau nonton pertunjukan wayang kulit serta berbaur dengan orang-orang umum.

Adapun maksudnya untuk membuka ilmu ma’rifat, dan dari tontonan wayang kulit tersebut oleh Syeikh Nur selalu diambil maknanya yang mendalam / hikmahnya  yakni diantaranya adalah :

  1. Dalang diibaratkan Allah SWT
  2. Kelir / layar diibaratkan jagat / alam dunia ini
  3. Lampu dalang diibaratkan matahari
  4. Wayang diibaratkan makhluk hidup
  5. Panayagaan / sinden diibaratkan malaikat oleh karena selalu menurut pada perintah dalang, dan semua atau segala tingkah laku wayang tergantung dalang. Saron, kendang, rebab, dan terompet, dan sebagainya teranalisa oleh beliau. Kalau di ibarat hadits atau petunjuk jalan dan semua pertunjukan itu oleh beliau dipahami / terbuka karena beliau sudah ma’rifat kepada Allah atas karunia-Nya.

Ya Rabbana bi ahlil baitil mushthofa tsabbit Imanana ila yaumil wafa.

 

  • KISAH KETIKA SYEIKH NUR BERUSIA ± 9 TAHUN

Pada suatu malam Syeikh Nur diajak oleh salah satu santri yang bernama Muhammad Rais berasal dari Cigugur Kuningan.

Muhammad Rais adalah salah seorang santri yang paling senior, malahan dirinya agak berbeda sekali dengan santri-santri yang lainnya, yang mana dia agak gagah / jagoan sebab yang diperdalamnya mengenai ilmu kelahiran ( kawedukan / kekebalan tubuh ).

Ilmu Kawedukan adalah suatu ilmu kekebalan tubuh yang dapat tahan terhadap pukulan, tahan terhadap benda tajam, dan lain sebagainya. Dan apabila berkelahi dengan lawan 10 ( sepuluh ) orang saja maka semua lawannya akan kalah.

Namun Muhammad Rais selalu hormat kepada Syeikh Nur dan apabila Muhammad Rais bepergian selalu bersama-sama Syeikh Nur.

Diriwayatkan pada malam Muhammad Rais mengajak Syeikh Nur pergi ke desa timbang, karena pada waktu itu di desa tersebut sedang ada hiburan dan pertunjukan pencak silat ( sunda = kendang penca ) yaitu mengadu                          ( pertandingan ) kawedukan atau kekebalan.

Setelah tiba disana / tempat pertunjukan dimana Muhammad Rais suka dipanggil nama pendeknya yaitu Mad Rais.

Selanjutnya Mad Rais turut serta dalam pertandingan pencak silat tersebut, tetapi semua lawan-lawannya tak ada yang mampu mengalahkannya, malahan dikeroyok / dilawan oleh 10 ( sepuluh ) orang tapi tetap Mad Rais yang unggul.

Seusai bertanding ( pertunjukan pencak silat ) dia bermaksud hendak pelang ke tempat Pesantren Ciwedus, kemudian Syeikh Nur iseng melemparkan batu sebesar jari tangan dan kebetulan mengenai kaki Mad Rais.

Oleh karena itu Mad Rais jadi marah sekali, sebab merasa dicemoohkan / diejek oleh anak kecil dan akhirnya Mad Rais bermaksud akan melemparkan kembali batu yang mengenainya, namun aneh bin ajaib ketika batu akan diambil mendadak tangan Mad Rais tak dapat diangkat / diambil mendadak tangan Mad Rais tak dapat diangkat, seolah olah tangannya bersatu dengan bumi dan Mad Rais nya mengerang kesakitan karena merasa panas, lalu Mad Rais minta tolong     ( sunda = sasambat ) kepada Syeikh Nur sambil berkata : Aduh, Ahmad saya minta tolong ( sunda = kuring tulungan ) dan mulai saat ini sampai selanjutnya saya tak akan berani menghina padamu.

Mendengar Mad Rais berkata demikian maka Syeikh Nur jadi heran, kemudian Syeikh Nur berkata : mudah-mudahan Allah mengabulkan, maka coba kamu baca dua kalimah syahadat.

Setelah membaca dua kalimah syahadat spontan tangan yang menempel ke bumi / tanah menjadi lepas, selanjutnya Mad Rais mengucapkan terima kasih kepada Syeikh Nur.

 

Diriwayatkan pada suatu hari Mad Rais mendengar keterangan bahwa apabila anak zina ( sunda = anak jadah ) atau anak lahir tanpa terikat perkawinan yang syah, maka amal ibadahnya tidak diterima dan tidak diampuni dosanya oleh Allah SWT, sebelum si anak merajam / menghukum kedua orang tuanya.

Setelah mendengar keterangan demikian lalu Mad Rais langsung saja pergi mengasah golok / parang, dan setelah tajam lalu dia meninggalkan Pesantren Ciwedus, yang maksudnya akan menghukum / merajam kedua orang tuanya, yang mana karena kedua orang tuanya telah melakukan zina yang mana dilarang oleh agama Islam sehingga terlahirlah dia / Mad Rais.

Setelah tekadnya bulat, lalu Mad Rais berangkat meninggalkan Pesantren Ciwedus, namun ketika sampai diperempatan jalan Cilimus jurusan Kuningan         ( sekarang daerah Cigugur ) tiba-tiba iman Mad Rais jadi goyah karena tergoda oleh bisikan iblis idzajil la’natulloh yang mana dalam hatinya berkata : Saya kalau merajam ayah berani tapi kalau merajam ibu tak tega sebab kasihan karena dia     ( ibunya ) sudah susah payah mengandungnya, menyusui serta membesarkan diriku, sungguh aku tak tega, oleh karena itu lebih baik mulai dari sekarang saya tidak akan menjalankan syari’at Islam, sebab percuma saja tak ada gunanya, lebih baik akan saya pakai kedok saja syari’at Islam itu yang mana sebagai pemancing atau penarik ( pemikat ) supaya semua orang baik itu laki-laki atau perempuan agar mereka itu mau ku ajak menjadi teman di neraka jahanam nanti di akhirat.

Demikianlah awal mulanya pecat imannya Mad Rais, selanjutnya syahadat dan dzikirnya dirobah / dikarang oleh mad Rais sendiri.

Adapun syahadat kawinnya yaitu : ‘Kun kun patekun kawina dina rengkun, disaksikeun batu dempak, ari cle-cleklak.’

Sedangkan apabila ada dari kelompoknya yang sedang menghadapi sakaratul maut disisinya selalu disediakan golok, gada, kampak, dan sebagainya, sambil yang menungguinya berkata : Hayo, lawan- hayo lawan dan jika sudah menghembuskan nafasnya yang terakhir / mati maka semua yang menunggui disitu memaki-maki pada si mayyit, sambil yang hadir disitu berkata : ‘Ah kamu kalahan’ ( sunda = ah maneh mah elehan ).

Selanjutnya setelah si mayyit mati dan digotong akan dimasukkan ke liang lahad / ke liang kubur membaca dzikir :’tidak kesana tidak kesini’ ( sunda = teu kaditu teu kadieu ).

Dalam hal ini anehnya sudah jelas sekali bahwa ajaran ini menyimpang dari agama Islam, namun tetap saja banyak orang-orang yang tergoda imannya dan terjerumus ke dalam neraka jahanam karena terbujuk oleh rayuan syaitan la’natulloh na’udzubillahimindzalik.

Ya Rabbana bi ahlil baitil mushthofa tsabbit Imanana ila yaumil wafa.

 

  • KISAH KETIKA SYEIKH NUR BERUSIA ± 9 SAMPAI DENGAN ± 14 TAHUN

Semenjak usia ± 9 tahun Syeikh Nur selamanya tidak pernah tidur, hal tersebut karena kurnia Allah Rabbul’alamin.

Dan jika malam hari tiba, beliau berpergian tanpa tujuan yaitu menuruti kemana ibu jari kaki ingin pergi hingga kembali lagi waktu kentong shubuh ( maksudnya sedang melakukan safar / perjalanan atau bahasa sunda = ngalalakon ).

Setiap ba’da maghrib beliau selalu melanggegkan wiridan hingga waktu isya tiba tanpa ada yang terlewatkan tiap harinya.

Setelah shalat isya lalu disambung dengan auradan hingga selesai dan disambung dengan shalat-shalat sunah.

Setelah itu baru beliau pergi menuruti kemana saja ibu jari kaki pergi                       ( maksudnya melakukan safar ) yang tujuannya menghindari hawa kantuk.

Pada suatu hari / malam beliau datang menghadiri suatu pesta yang maksudnya mengamati orang-orang yang sedang menari ( sunda = ngibing ) atau ronggeng dan orang yang sedang menyanyi ( nembang ).

Dan diantaranya beliau mengamati tembang ( nyanyian ) yang syairnya begini : ‘Kembang biru manjing kubur anu asih ulah kantara.’

Adapun makna dari syair tersebut adalah kembang shalat artinya : kita harus menyayangi dan mencintai diri yakni janganlah tergoda oleh rayuan syaitan.

Adapun orang yang sedang menari sambil mabuk-mabukan dan tak ingat pada dirinya sendiri serta tak malu lagi oleh orang-orang lainnya.

Hal ini ditafsirkan oleh Syeikh Nur begini, apabila kita beribadah kepada Allah maka kita harus lupa kepada segala-galanya kecuali kepada Allah atau tegasnya harus khusyu kepada Allah semata dan kepada lainnya tidak.

Diriwayatkan ketika Syeikh Nur berusia ± 10 hingga ± 13 tahun, yang mana beliau membuka syari’at dunia sudah faham dan baginya terbuka hijab oleh karena beliau dikaruniai ilmu iladuni oleh Allah SWT.

Selanjutnya ketika usia ± 14 tahun dan pada waktu itu kebetulan pada malam jum’at bulan rajab tanggal 15 beliau sedang mengamalkan shalawat 1000 X             ( seribu kali ) dan selamanya beliau tidak pernah batal wudlu.

Ketika khusyuk-khusyuknya membaca shalawat tiba-tiba perasaan beliau seperti dalam impian yang mana beliau melihat adanya cahaya ( nur ) menyorot pada dirinya.

Setelah terjadi adanya hal demikian anehnya tak lama kemudian ada yang mendatangi beliau yaitu tamu sebanyak 7 ( tujuh ) orang, diantaranya yang pertama yaitu Jungjunan kita Rasulullah SAW, adapun pengiringnya adalah Sayyidina Abu Bakar Shiddiq r.a., Sayyidina Umar Bin Khattab r.a, Sayyidina Usman Bin Affan r.a, Sayyidina Ali Bin Abi Thalib r.a, Sayyidah Siti Fatimah Azzahro Binti Rasulullah SAW, dan yang terakhir Sayyidina Siti Khodijah r.a.

Selanjutnya kanjeng Nabi Muhammad Rassulullah SAW berkata kepada Syarif Ahmad demikian : Hai cucuku, ini datuk / kakek diiringi oleh para sesepuh yang semuanya dari Syurga, maksud hendak memberi nama kepadamu diutus oleh Allah rabul’alamin, semoga oleh cucu  diterima.

Mendengar bahwa yang datang adalah datuknya kemudian Syekh Nur sujud mencium kaki datuknya, dan tak terasa matanya berlinang karena merasa sangat bahagia.

Kemudian Rasulullah SAW berkata : Cucuku ini datuk memberii nama ‘Ya Ahmad Nur’, kemudian Sayyidina Abu Bakkar Shiddiq r.a. memberii nama ‘Ya Ahmad Mubin’, kemudian Sayyidina Umar Bin Khattab r.a. memberii nama ‘Ya Ahmad Musthofa’, kemudian Sayyidina Usman Bin Affaan r.a. memberii nama ‘Ya Ahmad Alim’, kemudian Sayyidina Ali Bin Abi Thalib r.a. memberi nama ‘Ya Ahmad Bathin’, kemudian Sayyidina Siti Fatimah binti Rasulullah SAW memberii nama ‘Ya Ahmad Thohir’, dan Sayyidina Siti Khadijah memberii nama ‘Ya Ahmad Muhsin’.

Selesai semuanya memberi nama kemudian Rasulullah SAW berkata : cucuku, kamu mendapat ijin dari Allah Robul’alamin menjadi Khalifatul Mahdi Akhiru Jaman. Setelah selesai kemudian para tamu salam dan pamit pergi meninggalkan Syeikh Nur. Oleh karena nikmat-nikmatnya sehingga Syeikh Nur tertegun kagum           ( sunda = ngan bati ngaraga meneng ), karena semenjak itu semua yang ghaib        ( alam ghaib ) terlihat jelas sekali / terang benderang tanpa penghalang oleh Syeikh Nur cahaya Wa’rifatulloh dari dunia hingga alam akhirat seperti : Arasy, Kursy, Kalam, Lauh Mahfudl, dan sebagainya atas karunia Allah robul’alamin.

Selanjutnya diriwayatkan pada suatu malam yaitu malam jum’at, Syeikh Nur didatangi lagi oleh datuknya bersama pengiringnya (Sayyidina Abu Bakar Shiddiq r.a., Sayyidina Umar Bin Khattab r.a, Sayyidina Usman Bin Affan r.a, Sayyidina Ali Bin Abi Thalib r.a, Sayyidah Siti Fatimah Azzahro Binti Rasulullah SAW, dan yang terakhir Sayyidina Siti Khodijah r.a. ) yang mana beliau semua membaca  shalawat :

‘Sholallōhu robbunā’ala nūril mubīn Ahmadal mushthofā sayyidal mursalīn wa’ala ālihi wa shohbihi wa sallim. 3X

Selanjutnya dibalas oleh Syeikh Nur dengan jawaban : Yā Rosulullōh hijinā lizi ya rohqō sidina nartāji minkasy syafā’at ‘inda robbil ‘ālamīna. 3X

 

Setelah selesai kemudian para tamu tadi ( datuk beserta pengiringnya ) memberi salam dan pamit meninggalkan Syeikh Nur sambil dibarengi dengan wasiat agar umatnya rajin bertaubat.

Karena kurnia Allah Robul’alamin Syeikh Nur dapat melihat  alam ghoib bumi tujuh lapis dan langit tujuh lapis dan hal-hal lain yang ghoib terbuka hijab baginya, yang mana semuanya terlihat jelas sekali dari dunia hingga alam akhirat yaitu Nur cahaya ma’rifatulloh terang benderang tak ada siang dan malam yang lamanya ± 40 ( empat puluh ) hari.

Alam dunia seluruh jagat terlihat olehnya seperti sedang : mengalami siksaan kubur sedang menjerit hingga lidahnya keluar, matanya mendelik / membelalak menahan sakitnya siksaan yang tiada bandingnya, na’udzubillah min dzalik.

Oleh karena itu marilah kita semua memohon kepada Allah robul’alamin, Ya Robbi mudah-mudahan kami semua ada dalam ridho-Mu serta dijauhkan dari pada siksaan neraka sebab kami tidak akan sanggup menahan pedihnya siksaan-Mu.

Ya Rabbana bi ahlil baitil mushthofa tsabbit Imanana ila yaumil wafa.

Catatan :

Dikisahkan bahwa Alloh ta’ala setelah menciptakan Nabi Adam a.s, kemudian mengutus malaikat jibril kepadanya membawa tiga hadiah yaitu ilmu, malu, dan akal. Lalu Adam memilih akal. Malaikat Jibril menyuruh ilmu dan malu kembali ketempat asalnya namun keduanya berkata , dulu ketika kami berada dialam arwah bersatu dengan akal, kemudian akal menetap pada otak, ilmu dalam hati dan malu menetap pada mata.

Ilmu itu pengetahuan yang menerobos masuk ke dalam hati tanpa melalui sebab yang wajar.

Dimana hati itu mempunyai dua pintu  yaitu pintu yang mengarah keluar untuk mengambil ilmu melalui panca indera , dan pintu yang mengarah ke dalam yang mengambil ilmu melalui ilham.

 

  • SYEIKH NUR MENDAPAT TUGAS DARI ALLAH SWT

Kemudian Syeikh Nuril Mubin mendapat tugas dari Allah Robul’alamin yakni harus keliling berkelana / bersafar ( sunda = ngalalakon ) kemana saja menuruti ibu jari kakinya yang mana siang dan malam tak ada henti-hentinya berjalan selama ± 1 ( satu ) tahun.

Tidak berada di tempat yang teduh selama ± 1 ( satu ) tahun, kehujanan dan kepanasan / keanginan namuntetap berada di luar selama ± 1 ( satu ) tahun, tak makan dan minum selama ± 1 ( satu ) tahun.

Kemudian pindah tempat dari masjid ke masjid lain ( ke setiap masjid di datangi ), lalu menyamar atau bersembunyi di tempat yang terang tapi orang lain tidak mengetahuinya ( tidak terlihat ) dan sebagainya, pokoknya beliau sedang mengalami gemblengan dari Allah Robul’alamin.

Ya Rabbana bi ahlil baitil mushthofa tsabbit Imanana ila yaumil wafa.

 

  • KETIKA SYEIKH NUR BERSAFAR ( MENJADI TUKANG RUMPUT )

 

Pada saat Syeikh Nuril Mubin ngalalakon / bersafar menjadi tukang jualan rumput, beliau keliling ( sunda = ngider ) menjajakan dagangannya kesetiap pemberhentian kuda delman / sado, yang mana rumputnya dipikul dalam keranjang kemudian dijualnya bagaimana keinginan harga si pembeli yaitu ibaratnya walaupun ditawar sepeserpun atau semurah mungkin tetap oleh beliau diberikan saja.

Kemudian dari hasil penjualan rumputnya lalu dibelikan makanan dan makanannya bersama-sama dengan orang lain / disedekahkan, begitulah kerjaann setiap harinya pada saat itu.

Pada suatu hari dimana setiap harinya biasa jualan rumput dari hasil menyambit di sawah, namun sudah seharian ditawarkan kesana kemari kepada yang mempunyai kuda tapi dagangannya tidak laku.

Kemudian menjelang waktu dzuhur Syeikh Nur beristirahat dulu, lalu menunaikan sholat dzuhur dan selesai sholat kemudian melanjutkan jualan rumput lagi dan apabila dagangan laku maka hasilnya suka dibelikan singkong atau ubi.

Dari hasil jualan tersebut sebagian dimakan dan sebagian lagi disedekahkan kepada siapa saja. Namun anehnya walaupun dari hasil dagangannya dibelikan singkong ibu jari tangan namun ketika dimakan oleh beberapa orang cukup untuk makan satu hari, maklumlah beliau kekasih Allah dan Rasul-Nya.

Diriwayatkan pada suatu hari ketika beliau sedang memikul keranjang kosong, karena kebetulan barang dagangannya ( rumput ) laku terjual, kemudian tibalah saatnya waktu shalat dzuhur, lalu beliau istirahat dipinggir kali jamblang, plumbon, karena kebetulan tak jauh dari situ ada kali tersebut, kemudian beliau mandi dan setelah selesai mandi lalu menunaikan ibadah shalat dzuhur di bawah jembatan kali jamblang. Ketika takbir ada seorang tua ikut ma’mum di belakang beliau, ba’da salam terus si ma’mum ditanya oleh Syeikh Nur, nama, dari mana dan hendak kemana tujuan.

Adapun jawaban orang tua tadi begini : Bapak adalah tukang mengantarkan barang dagangan kepada seseorang dan meninggalkan keranjang yang berisi kupat, pindang dan kelapa cengkir ( menurut riwayat orang tua itu adalah Nabiyullah Hidir a.s ). Dan ada yang meriwayatkan setelah selesai shalat dzuhur tak lama diantaranya datang seorang kakek-kakek memberi salam kepada Syeikh Nur dan setelah dijawab oleh Syeikh Nur kemudian si kakek tadi berkata : “Kalau shalat ( orang shalat ) harus membawa bekal kupat, dan lauk pauknya pindang serta minumnya buah kelapa cengkir, nah itulah bekalnya baru shalatnya akan diterima oleh Allah Robul’alamin.

Mendengar pepatah begitu akhirnya Syeikh Nur jadi bingung selama kurang lebih seminggu, yang mana ada peribahasa ‘Siloka harus terbuka, tasawuf harus tersauk’, fiqihnya harus kapanggih dan nahwau majemu harus ketemu, yang maknanya : siloka harus terbuka yakni kita harus belaka ( terus terang / jujur ) jangan bohong kepada siapa saja.

Adapun tasawuf harus tersauk ( sunda = kauyup ) maknanya kita harus berserah diri kepada Allah SWT semata sebab segala gerak gerik atau hidup dan mati adalah kehendak Allah SWT, dan nahwu majemu harus ketemu maknanya kita harus tahu pada panutan umat Islam akhir jaman, awalu dini akhiru dini yakni awalnya yang mengislamkan adalah jungjunan kita Nabi Muhammad Rasulullah SAW dan akhirnya adalah guru Mursyid Sayyid Ahmad Nuril Mubin Kholifatul Mahdi Akhiru Jaman, dijaman Muhsin yakni jaman yang sedang kita jalani saat ini.

Syorah nya / makna ibadah shalat bekalnya kupat serta lauk pauknya pindang adalah apabila shalat kita harus wekal ( rajin ) yakni mulai dari bangun jam 3 sampai dengan 4 malam, terus shalat tahajud memohon kepada Allah Yang Maha Agung, kemudian dilanjutkan dengan shalat subuh dan wiridan serta berdo’a hingga waktu fajar, dilanjutkan dengan shalat sunah isroq dan dhuha.

Adapun minumnya buah kelapa cengkir maknanya kita shalat malam                ( tahajud ) terus jangan rubah, harus kenceng pikir ( khusyu ) supaya Allah mengabulkan segala maksud baik kita dan juga harus berani melawan syaithon dan selamanya harus punya iman.

Oleh karena raja syetan ( iblis ) sangat pandai mengaji, baik itu ahli nahwu,ahli fiqih, ahli qiro’ah, tajwid dan sebagainya. Malahan kitabnya saja lebih hafal dari pada kita. Adapun alat yang digunakan adalah hadits Nabi, sedangkan dia               ( syaithon ) pergi mengembara ke setiap penjuru dunia yang maksudnya hendak menggoda kepada umatnya Nabi Muhammad SAW supaya tergelincir masuk kedalam perangkapnya.

Mengenai kitab Al-Qur’an syetan lebih hafal / mengetahui dari pada kita malahan mengajinya sudah menyundul ke langit / keluar batas dan dia ( syaithon ) ber-kata : Hai kalian semua jangan khawatir ( jangan takut ) karena aku sudah mengaji        ( menuntut ilmu ) puluhan dan bahkan ratusan tahun serta tak ada yang berani mengalahkanku, kalian mau berdebat apa saja denganku, pokoknya semua sudah ada di tanganku, apakah itu tentang ilmu, tajwid, qiro’ah, dan sebagainya, pendeknya aku bisa semuanya.

Nah begitulah cara menipunya iblis kepada manusia, karena saking pandainya / liciknya ( lihainya ), maka kita selaku umat Islam, harus saling tolong menolong dalam kebajikan, baik itu dengan si miskin ataupun dengan si kaya dan janganlah selalu mempunyai itikad ( prasangka ) buruk seperti iri hati, dengki, ujub, ria, sub’ah, takabur dan sebagainya dan jangan pula mengaku merasa diri bersih hati, jangan merasa dumeh ( mentang-mentang ) dirinya bangsawan, pangkat atau mentang-mentang jadi Kiayi, santri, dan sebagainya, karena sebenarnya sifat manusia terlihat oleh sifat : La haula wala kuwwata illa billahil ‘aliyiladzim, yang artinya tidak ada daya upaya kecuali pertolongan Allah Yang Maha Agung.

Dalam hal ini sangat disayangkan kepada umat Islam akhir jaman dan khususnya pada para Kiayi atau Ajengan yang tak mengetahui pada panutan umat Islam akhir jaman yang mengislamkan di tanah jawa di Indonesia. Ada peribahasa mengatakan melesat tapi tidak melihat, punya telinga tapi tak dapat mendengar ( sunda = mata molotot henteu beunta, cepil molongo tapi budeg ), padahal dekat yaitu di Arjawinangun Cirebon dan di Panguragan Cirebon.

Adapun yang di Arjawinangun yaitu Sayyid Ahmad Nuril Mubin dan wakilnya yang ada di Panguragan Wetan Cirebon yaitu Syekhunal Mukarrom, yang mana kedua-duanya masih cucu rasul ( dzurriyyah rasul ).

Selanjutnya ketika Syeikh Nuril Mubin berusia ± 16 tahun, yang mana ketika itubeliau sedang menjalankan tugas tidak tidur lamanya ± 1 ( satu ) tahun, tidak di tempat yang teduh lamanya ± 1 ( satu ) tahun, tidak berbicara ( puasa membisu ) yaitu tidak berbicara kepada siapa saja selain kepada Allah, namun beliau tetap bercampur / bergaul dengan orang umum dan tidak batal / tergoda selama ± 1 ( satu ) tahun.

Maksud beliau puasa membisu adalah menolong kepada umat Islam akhir jaman karena umat Islam akhir jaman sering berbicara goplah ( banyak bicara tidak berguna dan bohong ). Sekarang cobalah kita amati disekeliling kita ini, dimana banyak Kiayi atau Ajengan yang saling berdebat, angkuh, sombong, dan sebagainya. Apalagi seandainya tidak di syari’ati / dikunci oleh Syeikh Nuril Mubin, kemungkinan akan terjadi hal-hal lebih dari itu.

Mengapa beliau sampai melakukan hal ini, tiada lain karena beliau kasihan melihat umat Islam akhir jaman imannya lemah, agar jangan terperosok ke dalam jurang kenistaan yang mana menurut pribahasa orang sunda “anu badag moncor anu lembut nyangsang”.

Demikianlah saudara-saudaraku sekalian, betapa susah payahnya Sayyid Ahmad Nuril Mubin memohon kepada Allah Robul’alamin serta syafa’atnya Rasulullah SAW agar supaya umat Islam selamat dunia selamat akhirat, oleh karena itu kita harus faham / tahu serta percaya dengan yakin kepada beliau, bahwa beliau ( Sayyid Ahmad Nuril Mubin ) adalah Khalifatul Mahdi akhir jaman di jaman Muhsin yaitu jaman penutupan.

Agar supaya kita selamat dunia dan akhirat, maka kita seyogyanya minimal harus mengetahui / memahami tentang 9 ( sembilan ) masalah, diantaranya adalah :

  1. Akal = berfikir positif
  2. Budi = berbuat baik
  3. Pekerti = ahlaq tinggi
  4. Jujur =
  5. Akur = silaturahmi
  6. Pintar =
  7. Benar = shidiq
  8. Tata =
  9. Tertib =

Yang mana kesemuanya itu telah diterangkan dalam Al-Qur’an Shirothol mustaqim dan Al Hadits.

Ya Rabbana bi ahlil baitil mushthofa tsabbit Imanana ila yaumil wafa.

 

  • KETIKA SYEIKH NUR BERSAFAR DI DESA PLUMBON CIREBON

 

Diriwayatkan ketika Syeikh Nuril Mubin bersafar / berkelana ( sunda = ngalalakon ) di desa Plumbon Cirebon, dimana pada saat itu beliau sedang berada di rumahnya Raden Siti ( istri wedana ) yang mana dengan Ibu beliau masih ada hubungan family sebapak. Pada waktu itu tuan Wedana sedang memikirkan Syeikh Nur, karena selama berada di rumahnya di Plumbon Syeikh Nur tidak pernah makan / minum dan tak mau bicara seperti orang yang bisu saja, malahan tuan Wedana menyangka bahwa menurutnya Syeikh Nur seperti sedang terganggu jiwanya atau punya keinginan ( punya maksud ) hendak menikah atau hendak berdagang namun tak mempunyai modal, akhirnya tuan Wedana ingin mencoba bertanya kepada Syeikh Nur.

Pada suatu hari tuan Wedana memanggil Syeikh Nur, kemudian berkata :        ( agak kasar maklum jaman dulu suka agak sombong ), Hai ! kamu kenapa ? kok sepertinya ada yang sedang dilamun dan difikirkan ?. Ayo coba katakana padaku terus terang sebenarnya apa yang kau inginkan ?.

Seandainya kau ingin menikah, kepada orang mana perempuannya ? dan seandainya ingin dagang perlu berapa modalnya, ayo coba katakana jangan malu-malu nanti akan aku penuhi / kabulkan keinginanmu semuanya.

Walaupun sudah dirayu berbagai cara namun Syeikh Nur tetap bungkam tak mau berbicara sama sekali.

Sekali, dua kali, hingga tiga kali tuan Wedana bertanya kepada Syeikh Nur, namun Syeikh Nur tetap bungkam tidak menjawab dan akhirnya tuan Wedana timbulah rasa kecewa, sehingga tuan Wedana berniat hendak menakut-nakuti dengan menggunakan senjata / senapan yang maksudnya barangkali Syeikh Nur mau menjawab pertanyaan tuan Wedana, namun walaupun sudah ditodongdengan moncong senapan tapi tetap saja Syeikh Nur tidak mau menjawab pertanyaan tuan Wedana.

Setelah itu tuan Wedana menghampiri istrinya dan menerangkan segalanya yang ditanyakan kepada Syeikh Nur namun tak dijawab sepatah katapun oleh Syeikh Nur alias bungkam / membisu seribu kata.

Kemudian oleh istrinya dijawab demikian : Semoga kanda / kakang jangan marah ( gusar ) dan jangan kecewa, juga perlu diketahui bahwa kelakuan begitu                ( membisu ) bagi Syeikh Nur sedang berlaku ( melaksanakan ujian ) tidak makan, tidak minum, tidak tidur dan tidak berbicara kepada siapa pun kecuali kepada Allah SWT, oleh karena itu kanda ( kakang ) jangan kaget.

Nah demikian keterangan dari saya ( istri tuan Wedana ). Akhirnya setelah diberi keterangan begitu maka tuan Wedana hanya geleng-geleng kepala karena merasa heran.

Syeikh Nuril Mubin hanya beberapa hari saja ( tidak lama ) tinggal di rumah tuan Wedana, kemudian beliau pergi meninggalkan tempat tadi karena beliau sedang menjalankan safar  / berkelana ( sunda = ngalalakon ) menurut kemana saja keinginan kakinya.

Dan selama ditinggal pergi oleh Syeikh Nur maka Ibu Siti ( istri tuan Wedana ) sibuk mencarinya kesana kemari, namun yang dicarinya yaitu Syeikh Nur sudah pergi jauh entah kemana.

Diriwayatkan bahwa Syeikh Nur sudah berada di daerah Kadipaten di Desa Cikupa Tanjung Sari yang mana beliau kesasar ke dalam hutan belantara.

Dan di dalam hutan belantara, lalu beliau memanjat sebuah pohon putat kemudian duduk di atas pohon tersebut dan anehnya di atas pohon putat tadi ada tempat duduk segala seperti ada yang menyiapkan sebelumnya atau ada yang mengatur.

Hal ini bukan keinginan beliau namun karena sudah kehendak Allah yang penyayang kepada kekasihnya.

Ketika beliau berada di atas pohon putat, kemudian beliau melihat kesebelah kanan dan disitu terlihat ada sebuah kali kecil yang airnya jernih.

Kemudian beliau turun dari pohon dan menuju ke kali tersebut, selanjutnya beliau mandi dan berwudlu.

Setelah selesai kemudian beliau naik kembali ke atas pohon putat tersebut, kemudian shalat isya, selesai shalat lalu disambung dengan wiridan hingga lama sekali yang mana beliau memohon kepada Allah Robul’alamin agar supaya umat Islam selamat dunia akhirat.

Selesai wiridan, tak lama kemudian datanglah sepasang harimau yang sangat besar ( diperkirakan sebesar kuda ) mendekati pohon putat yang dinaiki oleh Syeikh Nur.

Setelah kedua / sepasang harimau sampai / berada di bawah pohon putat tersebut, selanjutnya kedua harimau tadi beristirahat ( sunda = darepa ) di bawah pohon putat tersebut.

Diriwayatkan bahwa dalam hal ini Syeikh Nur dikaruniai oleh Allah dapat mengerti bahasa binatang ( harimau ).

Selanjutnya tak lama kemudian si harimau betina bertanya pada si harimau jantan yang menurut terjemah bahasa manusia demikian : Kakang, saya punya maksud ( bertanya ) namun sebelumnya saya mohon kakang jangan marah.

Jawab si harimau jantan : Oh boleh saja, tentu kakang tidak akan marah, ayo coba cepat katakana, kok sepertinya penting sekali ?

Kemudian si betina berkata : Begini Kang, bukankah setiap hari kakang selalu mengajarkan ilmu kepada teman-teman kita dan semua yang datang sudah khatam ( tamat ), nah itu sebenarnya ilmu apa yang diajarkan Kang ? dan apa bedanya antara istri mu dengan yang lainnya, serta anehnya kalau yang lainnya ditawajuhan / di barat, sedangkan istri sendiri tidak ?

Lalu dijawab si harimau jantan sambil ketawa : Oh begitu, pantas Nyai punya maksud yang akan dikemukakan, karena kakang amati sudah beberapa hari Nyai kerjanya hanya cemberut saja dan kakang minta maaf, karena bukan kakang tidak sayang kepadamu dan bukan kakang tidak mau memberi ilmu padamu, tapi hal ini adalah pantangan bagi perempuan dan pesan ( wasiat ) dari guru bahwa ilmu yang kakang ajarkan adalah khusus bagi laki-laki dan dilarang untuk perempuan.

Demikian kurang lebih pembicaraan kedua harimau yang dimengerti oleh Syeikh Nuril Mubin.

Dalam hal ini tidak diceritakan secara detail permasalahannya oleh si harimau jantan terhadap harimau betina, kemudian si harimau jantan berkata pada harimau betina begini : Sekarang begini saja Nyai, sebelum kakang memberi ilmu ini padamu, maka sekarang kita harus mengaum / berteriak kesana kemari ( ke utara, selatan, barat dan timur ) karena di khawatirkan kalau ketahuan ada golongan manusia disekitar daerah situ sebab apabila ilmu tersebut diketahui oleh manusia maka nanti kita berdua bisa celaka.

Selanjutnya sepasang harimau tadi mengaum kesana kemari yang maksudnya menakut nakuti kalau kalau ada manusia di sekitar daerah tersebut.

Dalam hal ini Syeikh Nur yang sedang berada di atas pohon putat dikarunia oleh Allah SWT mengerti bahasa kedua binatang tadi ( harimau ), yang mana segala ucap-ucapan sepasang harimau semuanya sudah tertangkap ( mengerti ) oleh beliau dengan jelas sekali, diantaranya si harimau jantan berkata begini :  Kemari Nyai ( harimau betina ) mendekat kepada kakang, tapi harus hafal sekali ucap ya ? adapun bahayanya bagi kita yaitu apabila dibaca sekali saja oleh manusia, maka kita bisa jadi lemas dan apabila dibaca dua kali maka kita tak berdaya sama sekali dan apabila dibaca tiga kali maka yang tertinggal kita hanya nafasnya saja              ( pingsan ), serta apabila dibaca yang keempat kalinya maka kita akan lari ketakutan pada orang yang mempunyai ilmu ini ( syahadat harimau ).

Ayo coba dengarkan olehmu sekarang : “Asaddu kamaludu sadat kamaladat cu ced-cu ced samadullah”.

Demikianlah si harimau jantan mengajarkan ilmu pada si betina, namun sekali, dua kali hingga tiga kali tetap saja si harimau betina belum juga hafal terhadap syahadat harimau tadi, sedangkan Syeikh Nur yang berada di atas pohon mendengar sekali saja sudah hafal.

Setelah itu Syeikh Nur batuk ( sunda = dehem ) dan sepasang harimau tadi kaget setelah mendengar ada yang batuk. Kemudian si harimau jantan berkata pada si betina begini : Aduh Nyai kita celaka, aneh mengapa ada manusia dekat sekali dengan kita tapi tidak tercium ( tidak terlihat ), kemungkinan ini bukan manusia sembarangan ( sunda = manusa samanea ) dan aku suka ingat kepada pepatah leluhur jaman dahulu, yang mana banyak suami celaka oleh karena ulah ( tingkah laku ) istri dan terbukti olehku sendiri sekarang ini. Oh nasib gumam si harimau jantan merasa sedih.

Selanjutnya dalam hal ini Syeikh Nur lalu mencoba membaca syahadat harimau sekali dan spontan dikabul oleh Allah Robul’alamin, lalu sepasang harimau tadi jadi lemas, selanjutnya oleh Syeikh Nur dibaca yang kedua kalinya lalu si harimau tadi tak berdaya sama sekali, kemudian oleh Syeikh Nur dibaca yang ketiga kalinya maka si harimau tadi hanya tinggal nafasnya saja.

Melihat keadaan sepasang harimau demikian maka beliau merasa kasihan / khawatir, lalu sepasang harimau tadi di usap-usap kepalanya, kemudian Syeikh Nur munajat kepada Allah Robul’alamin, agar supaya sepasang harimau tadi disehatkan seperti sedia kala sambil membaca syahadat harimau yang keempat kalinya dan saat itu juga sepasang harimau sehat kembali, lalu sepasang harimau tadi menoleh kesana kemari dan langsung saja lari tunggang langgang ibarat anak panah lepas dari busurnya.

Dan akibat sepasang harimau tadi lari maka banyak sekali pepohonan yang tumbang / rusak tertubruk olehnya.

Melihat kejadian tersebut Syeikh Nur jadi kaget, sebab beliau tidak menyangka bakal terjadi hal yang semacam itu.

Dalam hal ini ketika beliau menyadari bahwa sebenarnya dirinya ( Syeikh Nur ) sedang berada dalam hutan belantara, lalu beliau pergi lagi meninggalkan tempat tersebut tanpa tentu arah yang dituju, akhirnya makin lama makin tersesat ke dalam hutan padahal maksudnya hendak mencari jalan asalnya ketika beliau masuk ke hutan, namun justru sebaliknya makin tambah ke tengah hutan, pokoknya pada waktu itu beliau tidak ada yang dapat menolong kecuali Allah Yang Maha Kuasa.

Adapun di tengah-tengah hutan terdengar binatang-binatang lain seperti suara monyet bersahut-sahutan, ada ular sanca besar sekali diperkirakan panjang tiga hasta, ada ular sampar angin yang apabila makan rusa atau babi hutan hanya sekali telan saja habis. Selanjutnya ketika beliau menoleh kesebelah kanan, maka terlihatlah oleh beliau ada seekor harimau yang lain yaitu harimau belang ( loreng ) yang namanya harimau lodaya yang besarnya ± sebesar kuda, kemudian harimau tersebut mengaum / mengeram seperti yang hendak memangsa pada Syeikh Nur, akhirnya Syeikh Nur bingung dan beliau berfikir seandainya hendak lari mau lari kemana, pokoknya pada saat itu beliau sudah pasrah pada Allah Yang Maha Kuasa.

Selanjutnya beliau munajat khusyuk kepada Allah Robul’alamin yakni kepada yang menggerakkan atau kepada yang menghidup / mematikan semua makhluk agar supaya diselamatkan dari mara bahaya dan ditunjukan jalan yang benar dari hutan belantara tersebut yang dekat kepada perkampungan.

Selanjutnya tak lama kemudian ada seekor binatang mirip dengan kerbau, namun  tak ada tanduknya datang ke hadapan Syeikh Nur, lalu hewan tersebut mendekati Syeikh Nur. Melihat ada hewan mendekatinya, maka Syeikh Nur merasa kaget dan akhirnya Syeikh Nur bertanya dalam hati : Mengapa kok ada binatang semacam ini mendekatiku.

Kemudian hewan yang menyerupai kerbau tersebut mengangguk-anggukan kepalanya pada Syeikh Nur dan seandainya dia manusia mungkin berkata : Mari silahkan naik pada punggungku dan saya ridho di tunggangi oleh Syeikh Nur yang diutus oleh Allah pada akhir jaman.

Ringkasnya kisah, kemudian Syeikh Nur bertanya pada hewan tersebut begini : Hai ! kerbau hendak apa kamu datang ke hadapannku, apakah kamu akan menolongku, jika kamu akan menolongku ya syukur tapi jika tidak lebih baik kau cepat pergi dari sini. Mendengar perkataan Syeikh Nur begitu, lalu si kerbau tadi langsung sujud mencium kaki Syeikh Nur kemudian si kerbau mendekatkan punggungnya supaya di tunggangi oleh Syeikh Nur.

Selanjutnya Syeikh Nur menunggangi kerbau tersebut dan selama dalam perjalanan hati beliau berkata / bergumam begini : Apa benar yang kutunggangi ini kerbau atau bukan, tapi aneh seandainya kerbau mengapa ada di dalam hutan belantara, dan juga aneh kok tidak takut oleh binatang buas lainnya, tapi aneh juga seandainya ada harimau terus saja si harimau mengikuti / mengiringi dari belakang kerbau yang kutunggangi.

Kita tunda sementara tentang riwayat Syeikh Nur yang sedang naik kerbau dalam hutan belantara dan kita riwayatkan tentang disebuah perkampungan dipinggir hutan tersebut, dimana pada waktu itu di daerah perkampungan tersebut sedang musim bercocok tanam, disawah diantaranya ada yang sedang tandur / menanam padi, sedang menyabit rumput dan sebagainya, yang mana mereka ( orang-orang perkampungan ) sedang sibuk dengan pekerjaannya            ( tugasnya ) masing-masing. Adapun kampung tersebut pada waktu itu terkenalnya adalah kampung kroya yang lokasinya berada di pinggir hutan.

Disana banyak sekali pohon kayu besar dan malahan hewannya juga banyak sekali seperti harimau, ular-ular besar, babi hutan, dan sebagainya.

Diriwayatkan bahwa kerbau yang ditunggangi oleh Syeikh Nur menuju kampung Kroya tersebut yang mana disana banyak orang-orang sedang sibuk bekerja di sawah. Ketika Syeikh Nur tiba di pinggir hutan dekat kampung Kroya tersebut, banyak orang-orang yang melihat kerbau yang ditunggangi Syeikh Nur dan mereka semua terkejut, lalu langsung berlari sekuat tenaga menjauhi binatang tersebut dank arena saking takutnya mereka ada yang terjatuh dan ada juga yang pingsan sebab yang mereka lihat itu sebenarnya harimau besar yang sedang ditunggangi oleh Syeikh Nur.

Setelah Syeikh Nur sampai dipinggir perkampungan, lalu si harimau lodaya tadi langsung berhenti dan sujud pada kaki Syeikh Nur sambil berkata : Terima kasih, saya telah dipertemukan dengan Kholifah Akhir Jaman dan si harimau menangis karena merasa berbahagia yang tiada tandingannya, lalu setelah itu si harimau lodaya kembali lagi ke dalam hutan.

Diriwayatkan bahwa menurut keterangan orang-orang disekitar perkampungan itu banyak bermacam-macam pendapatnya, ada yang menerangkan bahwa ada orang dimakan oleh seekor harimau besar, hingga badannya habis dan lain-lain sebagainya.

Selanjutnya ketika semua orang menerangkan ( melapor ) pada polisi, maka semua perkataan ( keterangan ) orang-orang disekitar perkampungan tersebut terdengar oleh Syeikh Nur, maka beliau merasa kaget dan heran sambil berkata dalam hatinya : Aih, jadi yang aku naiki ( tunggangi ) tadi adalah seekor harimau, kemudian beliau bersyukur kepada Allah Robul’alamin yang telah menyelamatkan jiwanya.

Selanjutnya Syeikh Nur melihat ada masjid disekitar perkampungan Kroya tersebut kemudian beliau menghampiri mesjid tersebut yang maksudnya hendak shalat sunat dhuha. Lalu beliau wudlu dan shalat sunah dhuha dan selesai shalat beliau tidak pergi kemana-mana sambil menunggu waktu shalat dzuhur dan selesai shalat dzuhur lalu beliau bersandar di tembok teras mesjid.

Selanjutnya ketika sedang asyik begitu maka tak lama kemudian datanglah seorang kakek-kakek sudah tua sekali melewati mesjid tersebut.

Melihat ada kakek-kakek lewat kehadapannya, akhirnya Syeikh Nur penasaran hendak menegur, lalu beliau bertanya : Maaf Kek, Saya hendak bertanya, sebenarnya kakek mau pergi kemana ?

Lalu si Kakek menjawab : Kakek hendak pergi berkelana ( ngalalakon ) menurutkan ibu jari kaki saja, dan kalau cucu disini sedang apa ? kok terlihatnya seperti sedang punya masalah, sebenarnya apa yang sedang cucu fikirkan ?, jangan terlalu memikirkan yang sia-sia didalam dunia ini sebab semuanya serba mudah tidak ada yang susah.

Kemudian Syeikh Nur menjawab : Sebenarnya saya tidak memikirkan apa-apa dan juga tidak ada yang dilamun, dan sebenarnya saya ingin pergi ziarah ke Pamijahan.

Kemudian si Kakek berkata : Amboy-amboy ingin ke Pamijahan, kenapa mesti susah segala ayo nanti oleh kakek dibantu tapi harus menuruti apa perintah kakek.

Oleh karena itu coba  sekarang pegang ujung baju kakek, dan sekarang pejamkan mata, kata si kakek kepada Syeikh Nur.

Kemudian si kakek berkata : Coba sekarang buka matamu, selanjutnya ketika Syeikh Nur membuka mata ternyata sudah berada di dalam mesjid pamijahan, lalu si kakek berkata : Silahkan cucu duduk disini yang tuma’ninah karena kakek hendak pergi sebentar, cucu jangan kemana-mana sebelum kakek datang kesini lagi.

Setelah kakek berkata begitu lalu menghilang entah kemana, adapun Syeikh Nur terus saja tafakur di dalam mesjid tersebut, sambil menunggu waktu shalat ashar tiba, malahan ketika shalat ashar banyak sekali yang menjadi ma’mum pada beliau. Selanjutnya setelah selesai salam dilanjutkan aorad / wirid Nabi hingga selesai, dan selesai aoradan semua ma’mum pada pergi dan yang tinggal disitu hanyalah Syeikh Nur sendiri. Kemudian beliau tafakur kembali seta munajat kepada Allah SWT semoga umat Islam semua mendapat petunjuk dari Allah Robul’alamin dan diselamatkan dunia akhirat serta dijauhkan dari godaan syetan la’aatullah.

Diriwayatkan bahwa Syeikh Nur berada di dalam mesjid pamijahan sudah ada kurang lebih 7 ( tujuh ) hari, yang mana siang dan malam tak pernah keluar dari masjid kecuali hendak wudlu untuk shalat baru beliau keluar dari mesjid tersebut.

Oleh karena sudah merasa terlalu lama sekali, lalu akhirnya hati Syeikh Nur menggerutu ( sunda = gegeleneng ) begini : “Wah si kakek ini kok bohong, bilangnya Cuma sebentar tapi sampai sekarang belum juga datang”.

Sedang menggerutu begitu, tak lama kemudian si kakek datang sambil berkata : “Baru segitu saja cucu sudah menggerutu, katanya ingin merasakan nikmatnya Islam, tapi baru begitu saja sudah rebut ( tak sabar ), ada peribahasa : Baik buruk, samar keteliti, jauh dekat ada di diri sendiri, yang mana jauhnya tiada batasnya dan dekatnya tanpa halangan, yaitu siloka harus terbuka, fiqihnya harus kapanggih, tasawufnya harus teruyup dan nahwu majenun harus ketemu.

Siapakah yang menunggu diri kita siang dan malam ?

Baik dan buruk itu pelajaran di dunia disebut kasar tapi jangan kesasar tapi harus hati-hati / waspada, demikian si kakek memberi wejangan pada Syeikh Nur.

Adapun arti tasawuf harus kauyup / kasauk yaitu siapa yang menggerakkan kita ( maksudnya yang menghidup dan mematikan makhluk ), serta ilmu amal kita dari siapa, tentunya dari Allah Yang Maha Esa, ilmu nahwu majenun harus ketemu yaitu harus tahu / mengetahui tentang panutan akhir jaman itu siapa ?, adapun panutan akhir jaman yaitu Syeikh Nuril Mubin dan wakilnya yaitu Syekhunal Mukarrom.

Maka masalah ilmu ghoib harus ditafakuri dimana setiap ibadah shalat harus ingat bahwa kita ini akan mati dan akan bertemu dengan siksa kubur atau nikmat kubur. Contohnya yaitu nenek moyang kita yang sudah meninggal lebih dahulu yaitu yang sudah berada di alam kubur / arwah.

Adapun si kakek yang berada di samping Syeikh Nur lalu berkata : Mari sekarang ikut dengan kakek masuk ke dalam goa yang gelap gulita tak terlihat apa-apa.

Selanjutnya si kakek berkata lagi : Goa yang gelap ini bila ada orang alim / berilmu pasti akan jadi terang, dan baru saja si kakek berkata begitu, lalu bray terang benderang luar biasa goa tersebut, yang mana Syeikh Nur melihat adanya cahaya ( Nur ) pertolongan Allah SWT.

Selanjutnya si kakek berkata lagi : Nah sekarang cucu diam disini yang tenang / tu’maninah dan kakek hendak ada perlu dulu sebentar, sambil menghilang tak terlihat entah pergi kemana.

Di dalam goa pamijahan tersebut, Syeikh Nur sudah ada ± 99 ( Sembilan puluh Sembilan ) hari 99 malam, maka timbullah lagi pikiran seperti yang sebelumnya yaitu : Mengapa si kakek kok bohong, yang mana mengatakan hanya sebentar tapi sudah begini lamanya belum juga datang, namun entah dari mana asalnya, karena tidak kelihatan tiba-tiba si kakek sudah ada di samping Syeikh Nur sambil berkata : Aih baru saja segitu sudah mengerutu ( sunda = gegeleneng ), ayo mari kesini, kakek hendak memberi wejangan / nasehat dan penilaian bahwa cucu sebenarnya lebih sempurna, sebab terlihat / teruji oleh kakek sendiri dan sesungguhnya cucu mendapat gelar ( titel ) dari Allah Robul’alamin yaitu : Shulton Aulia Kolifaturrasulullah panutan umat Islam akhiru jaman yaitu jaman penutupan sekarang ini.

Adapun diperkirakan kakek-kakek yang menguji Syeikh Nur adalah Nabiyullah Hidhir a.s.

Setelah Syeikh Nur tamat ziarah ke bekas jejak ( sunda = patapakan ) Syeikh Abdul Muhyi Pamijahan, selanjutnya Syeikh Nur kembali ke hutan Tanjung Sari Sukamenak, yang mana beliau tersesat lagi ke dalam hutan belantara karena pergi tanpa tujuan sehingga lupa makan dan minum serta tidak tidur dimana hatinya sudah pasrah kepada Yang Maha Agung.

Diriwayatkan di daerah hutan tersebut ada satu perkampungan yang mana daerah tersebut dilewati oleh Syeikh Nur dan disitu banyak orang-orang ( laki-laki dan perempuan ) sedang bekerja di sebuah kebun kopi yang mana kebun kopi tersebut terkenalnya pada waktu itu namanya kebon kopi Suka Sari.

Dimana pada waktu hutan tersebut sedang dibongkar yang maksudnya akan dibuat perkebunan kontrak.

Adapun yang jadi kepalanya pada waktu itu adalah Tn Cluse orang Belanda.

Walaupun Tn Cluse orang Belanda, namun dia tidak seperti orang Belanda yang lainnya, yang mana Tn Cluse sangat baik budi pekertinya dan sangat sayang terhadap pegawainya oleh karena itu banyak sekali buruh-buruh yang berdatangan dari mana-mana seperti orang Jawa, Sunda, Madura, dan ada juga orang China.

 

Adapun kesemua buruh-buruh tersebut sangat betah bekerja diperkebunan tersebut, yang mana pada waktu itu jumlah pegawainya ada ± 1500 orang, semua karyawan / karyawati rajin bekerja karena menurut cerita dari yang lainnya bahwa Tn Cluse sangat baik sekali terhadap pegawainya.

Pada waktu itu ketika kuli-kuli kontrak yang sedang bekerja menebang pohon kayu yang besar dan kebetulan Syeikh Nur sedang melewati perkampungan tersebut dan diperkirakan ada ± 100 meter dari Syeikh Nur terlihat oleh para kuli kontrak ada dua ekor harimau besar ( sepasang ) dan seekoor ular loken ( ular phyton ) yang sangat besar diperkirakan panjangnya ada ± 25 meter.

Ketika Syeikh Nur melihat kedua jenis hewan tersebut sedang menghalangi jalan yang sedang ditempuh / dilewati sehingga perasaan beliau menjadi kecut ketakukan yang menurutnya bagaimana kalau binatang tersebut memangsa dirinya.

Sedang berfikir begitu tak lama kemudian ada suara tanpa rupa ( ghoib ) berkata begini : Hai Nur kamu jangan takut oleh binatang sebab itu sama juga makhluk Allah, seandainya takut maka takutlah kepada Allah Yang Maha Gagah dan Maha Sakti dan mengapa kamu lupa pada bacaan yang digunakan untuk penolak semua jenis binatang buas yaitu syahadat harimau.

Mendengar kata-kata begitu Syeikh Nur kaget kemudian tak lupa beliau memuji syukur Alhamdulillah kepada welas asihnya Allah kepada umatnya, lalu terus saja bacaan syahadat harimau dibaca oleh beliau 3 ( tiga ) kali maka spontan harimau dan ular besar tadi tak berdaya apa-apa seperti sudah mati saja, hal tersebut tentunya karena kekuasaan Allah SWT.

Lalu si harimau dan ular oleh Syeikh Nur dipegang dan di usap-usap sambil akan membaca syahadat harimau sekali lagi, namun ketika hendak membaca, lalu Tn Cluse tak terlihat dari mana datangnya tiba-tiba sudah ada di dekat Syeikh Nur      ( kurang lebih jaraknya ada 5 meter ).

Melihat kejadian seperti itu maka Tn Cluse kaget karena ada seorang anak muda berani memegang harimau dan ular yang sangat besar, adapun si harimau ekornya di main-mainkan dan si ular mulutnya di buka-bukakan namun si kedua jenis binatang tersebut tetap diam saja seperti yang kepayahan sekali.

Melihat segala tingkah laku Syeikh Nur begitu maka Tn Cluse hanya geleng-geleng kepala karena saking kagumnya.

Kemudian Tn Cluse bertanya kepada Syeikh Nur : Nak, maaf saya mau bertanya, sesungguhnya Encep ( ananda ) dari mana dan mau berangkat kemana serta boleh saya tahu nama ananda ( Encep ) ? Kemudian Syeikh Nur menjawab : Sebenarnya saya tak punya tempat tingaal ( rumah ) dan tak tahu ayah dan ibu sebab menurut ingatanku tahu-tahu saya sudah ada di dalam hutan.

Setelah mendengar perkataan Syeikh Nur begitu lalu hati ( perasaan ) Tn Cluse jadi iba ( merasa sayang ) lalu Tn Cluse punya maksud hendak dijadikan anak angkatnya.

Kemudian Tn Cluse bertanya lagi : Nak, bagaimana seandainya kamu ku angkat sebagai anakku ? Dan Syeikh Nur menjawab : Terima kasih atas kebaikan Tuan, yang mana hendak mengangkat ( mengaku ) anak kepada diri saya dan saya akan menuruti kehendak tuan.

Setelah itu Tn Cluse bertanya lagi : Kalau ini harimau dan ular dari mana asalnya dan mengapa ada disini ?

Lalu jawab Syeikh Nur : Adapun ular dan harimau ini adalah teman saya bermain dan apabila saya sedang tidur maka ditunggu olehnya karena takut ada yang mengganggu.

Mendengar jawaban Syeikh Nur begitu maka Tn Cluse bertambah kaget lalu dia bergumam ( berkata dalam hati ) jelas sekali bahwa ini anak bukan orang sembarangan. Kemudian Tn Cluse bertanya lagi, kalau ular dan harimau ini makannya apa saja ? Jawab Syeikh Nur : Adapun ular dan harimau ini makanannya yaitu satu sapi untuk bertiga ( satu ular dan dua harimau ).

Lalu dijawab oleh Syeikh Nur : Jangan tuan ! nanti bisa jadi bahaya besar dan seandainya dia mengamuk, tidak akan tertahan oleh orang banyak, sebab walaupun ditangkap oleh banyak orang juga tetap tidak akan kuat, malahan nanti orang-orangnya akan celaka ( tewas ) dan tidak aka nada yang tersisa.

Mendengar keterangan Syeikh Nur begitu maka Tn Cluse bertanya lagi : Bagaimana nanti kalau bangun sedangkan makanannya belum juga tersedia, mungkin akan mengamuk kepada dirimu ?

Jawab Syeikh Nur : Biarkan saja, dia tidak akan apa-apa dan nanti saya suruh dia pergi ketempat asalnya.

Kemudian Syeikh Nur membaca wirid ( syahadat harimau ) yang keempat kalinya sambil munajat kepada Allah SWT agar supaya do’anya dikabul, dank arena kekuasaan Allah Robul’alamin, tiba-tiba ( spontan ) si kedua jenis binatang tadi lari tunggang langgang bagaikan kilat sambil mengaum / bersuara keras sekali.

Akibat dari larinya kedua jenis binatang tadi banyak pepohonan yang tumbang tertubruk oleh kedua jenis binatang tadi.

Melihat kejadian yang begitu hebatnya maka Tn Cluse jadi heran / kagum dan berkata dalam hati : Sungguh saya sangat beruntung mempunyai anak seperti ini, sehingga kontrak daerah ini akan aman dan kuli-kuli kontrak akan merasa aman / tentram kerjanya, sebab ada anak yang suka menaklukan binatang-binatang buas.

Diriwayatkan keadaan di kontrak tersebut jadi ramai / heboh karena Tn Cluse punya anak yang gagah dan sakti dan juga tampan serta banyak wanita-wanita yang ingin berkenalan namun takut oleh Tn Cluse.

Diperkirakan ± satu bulan lamanya Syeikh Nur dibawa oleh Tn Cluse keluar memeriksa kebun kopi dan mengawasi para pekerja, selanjutnya apabila merasa lelah  Tn Cluse bersama Syeikh Nur istirahat digudang sambil diselingi dengan senda gurau ( sunda = sempal guyon ).

Selanjutnya Syeikh Nur berkata kepada Tn Cluse ( ayah angkatnya ) Pak kalau minyak dengan air bisa dicampur tidak ?

Lalu Tn Cluse menjawab : Tentu tidak, walaupun dicampurnya di dalam botol, maka tetap saja tidak akan bersatu dan walaupun bersatu tapi tetap saja tidak bisa campur.

Jawab Syeikh Nur : Ohh ! begitu, lalu kalau begitu bapak dengan saya tidak dapat bersatu walaupun campur.

Mendengar pembicaraan Syeikh Nur begitu maka Tn Cluse seperti ada dalam mimpi yaitu seolah-olah melihat alam ghoib seperti melihat neraka dimana ada orang sedang disiksa, baik laki-laki ataupun perempuan semua bangsa ada disana, misalnya ada yang digigit ular, kalajengking dan lain-lain sebagainya yang mana bilangannya sangat banyak sekali.

Disana ( di neraka ) berjuta-juta manusia saling menjerit kesakitan tanpa ada yang menolongnya dan ada pula yang dibelenggu oleh rantai besi tersebut digantungkan dilehernya hingga hancur lebur tetapi setelah itu badannya dijadikan lagi dan seterusnya, tak ada henti-hentinya.

Peristiwa itu terlihat dan terdengar oleh Tn Cluse sendiri yang mana manusia di alam tersebut saling menjerit meminta pertolongan namun daripada ditolong malahan justru dipukul oleh manusia raksasa yang matanya melotot sebesr bola basket dan mulutnya mengeluarkan api, pendeknya sangat menakutkan / mengerikan.

Selesai melihat yang sedang disiksa lalu penglihatan Tn Cluse diperlihatkan pada suatu tempat yang aneh yaitu keindahan dan kenikmatan yang tak ada bandingannya, yang mana tempat tersebut terpampang ada namanya yaitu ini adalah tempat orang-orang Islam yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya.

Selanjutnya Tn Cluse melihat ada sekelompok wanita yang luar biasa kecantikannya dan jika dibandingkan dengan wanita di dunia ini tidak ada bandingannya, serta di atas pintu rumahnya ada namanya demikian : Wanita yang cantik ini adalah calon istri umat Islam yang taat kepada Allah dan Rasulnya yang mana baunya harum mewangi dan bercahaya bagaikan bulan purnama serta pakaiannya serba sutra yang sangat indah dimana di dunia ini tak ada bandingannya keindahannya dan kecantikannya.

Berkat karunia-Nya serta Syafaatnya Rasulullah SAW dan kharomahnya Syeikh Nuril Mubin maka Tn Cluse dibukakan hijab dapat melihat alam ghoib tersebut, dan oleh karena nikmatnya maka Tn Cluse tak merasa bosan karena dia baru menemui ( melihat ) yang semacam itu, lalu tiba-tiba Tn Cluse memeluk Syeikh Nur sambil berkata : Anakku, ayah baru sekali ini melihat sesuatu adegan yang aneh sekali tapi hal tersebut entah ada dimana, ayah lupa lagi dan juga ayah melihat siksaan yang sangat mengerikan sekali.

Tn Cluse berkata demikian sambil menangis terisak-isak.

Singkatnya riwayat, kemudian Syeikh Nur bertanya lagi kepada Tn Cluse begini : Mengapa kok tiba-tiba ayah menangis ? sebenarnya menyesali apa ?, sudahlah diam dan malu dilihat oleh semua pegawai, serta coba terangkan apa yang telah terjadi pada diri ayah ? Dan setelah ditanya begitu lalu Tn Cluse menerangkan segala yang dialami / dilihat olehnya tadi tanpa ada yang terlewat.

Setelah diterangkan oleh Tn Cluse semuanya maka Syeikh Nur sudah memahaminya semua, lalu Syeikh Nur berkata : Ayah, hal ini Allah telah memberi petunjuk kepada Ayah dan seandainya ayah benar-benar ingin masuk ke syurga seperti apa yang ayah lihat tadi, maka ayah harus memeluk agama Islam bersama-sama dengan saya, yang mana sebelumnya harus dikhitan ( disunat ) dulu dan sesudah itu harus membaca dua kalimah syahadat, lalu menjalankan ibadah sholat lima waktu dalam sehari semalam, maka insya Allah nanti ayah akan masuk ke dalam Syurga.

Setelah faham belajar rukun iman, terus ayah harus belajar rukun islam dan sebagainya. Selanjutnya setelah mendengar wejangan Syeikh Nur begitu maka keimanan Tn Cluse tambah tebal ( yakin ), lalu Tn Cluse berkata : Untuk ayah dalam hal ini terserah kepadamu, asalkan ayah bisa masuk ke dalam syurga dan dijauhkan dari siksaan neraka, oleh karena itu ajarilah ayah mengenai masalah agama Islam dan apa yang diperintah-Nya akan dilakukan dan apa yang dilarang-Nya akan dijauhi.

Kemudian Syeikh Nur berkata lagi : Ayah, mulai saat ini tidak boleh makan daging babi, tidak boleh meminum minuman keras seperti arak, bir, wisky dan sejenisnya, dan janji tidak bakal berzinah ( lacur ), mencuri, dan lain sebagainya.

Ringkasnya hikayat tersebut yakni Tn Cluse memeluk agama Islam seperti apa yang telah digariskan oleh hukum Islam, seperti Tn Cluse sudah dikhitan dan yang mengislamkan yaitu Syeikh Nur sendiri.

Adapun Tn Cluse sangat cerdas yang mana semua yang diajarkan oleh Syeikh Nur cepat hafal ( tanggap ) misalnya rukun iman, rukun islam dan bacaan shalat serta wirid-wiridnya juga sudah hafal semuanya. Selanjutnya mengenai ibadah shalatnya sangat rajin dan khusyuk.

Tak lama kemudian di kontrak tersebut mendirikan mesjid bagus sekali, adapun yang berjamaahnya banyak sekali hingga mesjidnya penuh, baik itu laki-laki ataupun perempuan, anak-anak dan orang tua yang mana semuanya itu rajin menjalankan ibadah shalat lima waktu.

Dalam hal ibadah shalat Tn Cluse selalu menyuruh semua pegawainya agar supaya di mesjid, dan oleh karena di suruh pemimpin maka otomatis semuanya taat menurutinya. Selanjutnya Tn Cluse diganti namanya menjadi Tn Abdul Mushthofa.

Diriwayatkan bahwa Syeikh Nur berdiam di kontrak tersebut sudah ada kurang lebih 3 ( tiga ) tahun lamanya, dan setiap harinya mengajar mengaji, memberi wejangan kepada seluruh pegawainya baik laki-laki maupun perempuan, tua dan muda yang mana semuanya segan oleh Syeikh Nur dan lebih-lebih sekarang kepemimpinan sudah diserahkan kepada Syeikh Nur.

Selama dipimpin oleh Syeikh Nur, maka di kontrak Kroya tersebut menjadi subur makmur gemah ripah loh jinawi yang mana tak ada rampok ataupun pencuri.

Adapun tukang taninya ( petaninya ) pada mukti, pedagangnya selalu untung dan buruh-buruhnya pada senang.

Setiap waktu shalat dzuhur tiba, maka semua pegawainya menyadari / menghargai waktu shalat, lalu berhenti dulu kerjanya, kemudian menjalankan shalat dzuhur berjama’ah dan selesai shalat dzuhur bekerja kembali hingga menunggu shalat ashar dan kemudian shalat ashar berjamaah, dan begitulah setiap harinya tiada yang terlewat, pendek kata pada saat itu ketika ada Syeikh Nur di kontrak Kroya tersebut dapat dikatakan “Baldatun thoyyibatun wa robbun ghofur”.

Selanjutnya diriwayatkan pada suatu malam dan kebetulan pada waktu itu Syeikh Nur baru saja selesai menunaikan shalat-shalat sunah seperti shalat  sunah

tahajud, shalat sunah hajat, shalat sunah tasbih dan sebagainya, yang mana diperkirakan jam ± 3 ( tiga ) malam, datanglah seorang tamu yakni tak lain adalah malaikat Atif, lalu tamu tersebut memberi salam kepada Syeikh Nur, kemudian oleh Syeikh Nur dijawab “Walaikum salam”.

Selanjutnya malaikat Atif berkata : Saya diutus oleh Allah memberi kabar bahwa tuan ( Syeikh Nur ) sudah cukup menjalankan di daerah ini dan mala mini juga harus meninggalkan tempat ini, yang mana hal ini sudah kehendak Allah Robul’alammin dan tak boleh ditawar lagi.

Mendengar perkataan malaikat Atif begitu lalu Syeikh Nur memohon ijin kepada ayah angkatnya yaitu Tn Abdul Mushthofa selanjutnya diterangkan panjang lebar oleh Syeikh Nur yang mana harus meninggalkan tempat ini, mala mini juga dan hal ini bukan atas kehendaknya sendiri namun sudah suratan takdir dari Yang Maha Agung dan juga tidak boleh ditawar lagi dan di dunia saya              ( Syeikh Nur ) harus berpisah dengan ayah, namun diakhir nanti insya Allah akan bertemu kembali asalkan Ayah tidak melepaskan / meninggalkan apa-apa yang telah dijalankan oleh ayah seperti shalat lima waktu sehari semalam, tidak bakal ada yang terlewat dan juga sunah-sunahnya dilaksanakan seperti rukun iman, rukun islam, pendeknya semua yang diperintah-Nya dilaksanakan dan semua yang dilarangnya dijauhi.

Setelah mendengar perkataan Syeikh Nur begitu maka Tn Cluse Abdul Mushthofa berkata : Anakku, insya Allah ayah akan merelakan engkau pergi, tapi ingat anakku janganlah melupakan ayahmu, sebab di akhirat kelak ingin bersama-sama denganmu, karena ayah tak mau berpisah denganmu.

Kemudian Syeikh Nur memberi nasehat lagi : Ingat ayah, semoga ayah berbesar hati dan janganlah bosan munajat kepada Allah siang dan malam serta bermohonlah syafa’at rasulullah SAW dan juga ayah harus percaya dengan yakin    ( jangan ragu-ragu ), serta saya titip / amanat kepada ayah masalah orang-orang yang berada disini supaya masalah ibadahnya dijaga jangan sampai rusak sebab bila ayah menjaganya serta meninggikan ibadah maka insya Allah nanti di akhirat akan bertemu dengan segala kenikmatan yang tiada bandingaannya, karena amal shalih lah yang akan dapat membela diri ayah.

Setelah Syeikh Nur memberi wejangan / nasehat kepada ayah angkatnya lalu beliau meninggalkan kontrak tersebut.

Setelah berpisah dengan Syeikh Nur maka yang ditinggalnya yaitu Tn Abdul Mushthofa hanya tinggal sedihnya saja. Makan dan minum pun merasa tidak enak karena selalu teringat pada Syeikh Nur, yang akhirnya kerjanya hanya menangis saja seperti anak kecil, begitu juga apabila malam tiba tak dapat tidur karena selalu memikirkan anak angkatnya yang telah pergi entah kemana.

Pada suatu hari ketika Tn Cluse Abdul Mushthofa sedang melamun, maka tak lama diantaranya ada suara tanpa rupa ( ghaib ) berkata begini : Ayah, janganlah melamun tidak karuan sebab dikhawatirkan dapat terusap / terganggu oleh syetan, dan seharusnya ayah banyak istighfar dan juga saya ( anak angkatmu ) harus diikhlaskan supaya nanti dapat berjumpa lagi bersama-sama di akhirat serta mudah-mudahan ada dalam ridho Allah.

Setelah mendengar suara begitu, lalu seketika Tn Abdul Mushthofa sadar dan dia bertambah tekun ibadahnya seperti shalat fardlu, shalat sunah, dan sebagainya. Selanjutnya setiap malam jum’at selalu Kabibul Hadad ( berjanzi ) dan juga para pegawainya mengenai ibadahnya selalu diawasi betul-betul dan jika ada yang shalatnya telat dinasehati oleh nya, serta jika malam tiba selalu membangunkan pegawainya agar melakukan shalat sunah malam ( tahajud ).

Pendek kata di lakon kontrak tersebut para pegawainya hidupnya merasa aman dan tentram yang mana tiada permusuhan dan sebagainya, gemah ripah wibawa mukti.

Ya Rabbana bi ahlil baitil mushthofa tsabbit Imanana ila yaumil wafa.

 

  • RIWAYAT SYEIKH NUR BEKERJA SEBAGAI KULI BERAT

      Ganti riwayat bahwa Syeikh Nur pindah tempat dan bekerja menjadi kuli berat ( kasar ) dan bergabung dengan kuli-kuli yang lainnya yang mana pada waktu itu sedang ada pembangunan jalan seperti memasang dan mengangkat batu besar serta menggilas jalan dengan mesin silinder / penggilas jalan.

Pada waktu itu sedang menggilas jalan, tiba-tiba mesin silindernya ( mesin penggilas jalan ) selip dan terjatuh ke dalam jurang.

Kemudian mesin silindernya ( mesin penggilas jalan ) dicoba di angkat oleh semua kuli-kuli, namun tetap tak berhasil di angkat, hingga tiba saatnya waktu dzuhur, lalu semua kuli-kuli istirahat dulu di warung ( kedai / kantin ), yang maksudnya hendak makan siang dulu.

Adapun Syeikh Nur terus saja ke air ( kamar mandi ), lalu mandi dulu, kemudian wudlu dan shalat dzuhur.

Setelah selesai shalat dzuhur lalu aoradan seperti biasanya hingga tamat, kemudian Syeikh Nur mendekati mesin silinder penggilas jalan yang berada di dalam jurang tadi, selanjutnya mesin silinder tersebut diangkat oleh kaki kiri Syeikh Nur, dan heran bin ajaib si mesin silinder ( mesin penggilas jalan tersebut ) atas kehendak Allah dapat terangkat oleh Syeikh Nur dan tak lama sudah berada di atas lagi seperti sebelum terguling ke dalam jurang.

Ketika Syeikh Nur mengangkat mesin penggilas jalan tersebut, kebetulan pada saat itu ada kuli yang melihat ( memperhatikan ) beliau yang mana kelihatannya sepeti yang ringan sekali dan dalam tempo yang singkat si mesin penggilas jalan tersebut sudah berada di atas jalan. Melihat kejadian tersebut sii kuli tadi merasa kaget / heran ( aneh ) seperti dalam impian.

Setelah sadar kemudian si kuli tadi pergi meninggalkan tempat tersebut, maksudnya hendak melaporkan kejadian tersebut kepada Bapak Mandor dan kepada teman-teman yang lainnya yang mana mesin penggilas jalannya / mesin silindernya yang tadi berada di dalam jurang sudah diangkat sendiri oleh kuli yang baru masuk kerja dua hari.

Mendengar berita begitu, tadinya baik itu Bapak Mandor ataupun kuli-kuli yang lainnya tidak oercaya bahwa mesin penggilas jalan yang begitu beratnya dapat diangkat oleh seorang diri sedangkan oleh ± 30 orang saja tidak terangkat.

Dalam hal ini untuk meyakinkan benar tidaknya berita tersebut lalu Bapak Mandor dan kuli-kuli yang lainnya segera pergi melihat tempat dimana mesin penggilas jalan tadi berada, kemudian setelah sampai di tempat tersebut maka benar saja apa yang diberitakan oleh kuli tadi yang mana mesin penggilas jalannya / mesin silindernya sudah berada di atas seperti semula dan Syeikh Nur nya sedang berada dipinggir mesin tersebut.

Tak lama kemudian Bapak Mandor bertanya kepada Syeikh Nur dengan sopan santun : Maaf nak, sebenarnya anda dari mana dan namanya siapa ?

Kemudian dijawab oleh Syeikh Nur dengan sopan pula : Saya sebenarnya pengembara tanpa tujuan yang tadinya saya turut kerja jadi kuli kontrak di kebun kopi, adapun nama saya adalah Ahmad Sastra yang mana berpisah dengan orang tua sejak usia ± 8 ( delapan ) tahun dan hingga saat ini saya belum pernah  bertemu lagi dengannya dan tidak tahu ( entah ) masih ada atau sudah meninggal.

Kemudian Bapak Mandor bertanya lagi : Apakah Ananda tidak ingin pulang ?

Jawab Syeikh Nur : Tentu saya ingin bertemu kedua orang tuaku namun rupanya Allah belum mengijinkannya, adapun maksud Bapak Mandor bertanya begitu tiada lain karena dia bermaksud hendak merawat Syeikh Nur dan juga hatinya langsung merasa cocok / senang kepadanya, serta jika ada jodohnya akan dinikahkan pada putrinya yang tunggal, sebab menurut pemikiran Bapak Mandor bahwa putrinya pasti mau dan senang pada Syeikh Nur yang begitu tampan serta  mendadak hati Bapak Mandor terbuka dan dalam hatinya berkata : Tidak salah lagi bahwa ini pasti dari seorang keturunan yang terkemuka ( terpandang ) dan berilmu ( alim ) dan juga Bapak Mandor ingin mempunyai keturunan dari dia         ( Syeikh Nur ).

Adapun Bapak Mandor juga bukan orang nakal ( sunda = baragajul ), malahan justru dia orangnya jujur, shaleh, sopan santun, dan kepada yang bagaimanapun dia tetap hormat serta rajin sekali ibadahnya, maka dari itu dia ( Bapak Mandor ) selamanya selalu dipakai ( terpilih ) oleh pimpinan perusahaan.

Lalu Bapak Mandor melamun dan berkata : Sungguh bahagia sekali mempunyai mantu seperti nak ( sunda = encep ) Ahmad Sastra, mungkin keturunanku akan shaleh dan mudah-mudahan dalam hal ini Allah menjodohkan kepada putriku.

Kemudian Bapak Mandor bertanya lagi : Kalau Encep makan dimana ?

Jawab Syeikh Nur : Kalau saya makan dimana saja sedapatnya

Bapak MAndor bertanya lagi : Bagaimana kalau Encep ( Nak Ahmad Sastra ) diangkat anak oleh Bapak mau atau tidak ?, karena Bapak sebenarnya ingin merawatmu ( sunda = mikanyaah ).

Jawab Syeikh Nur : Terserah bagaimana Bapak saja, saya mengikuti keinginan Bapak dan sebelumnya saya mengucapkan terima kasih, yang mana Bapak sudah mau merawat serta menyayangi diri saya yang sengsara ini.

Selesai berdialog, lalu Bapak Mandor dan Syeikh Nur pulang dan setibanya di rumah Bapak Mandor tepat pada waktu ashar.

Kemudian Bapak Mandor dan Syeikh Nur shalat ashar dulu dan ba’da shalat ashar lalu Bapak Mandor meninggalkan Syeikh Nur yang sedang khusyuk berdo’a kepada Allah Robul’alamin, yang mana beliau bermohon agar supaya umat kanjeng Nabi Muhammad SAW selamat dunia dan selamat akhirat.

Mula-mula Bapak Mandor memberi tahu kepada istrinya yang maksudnya begini : Bu kita mendapat anugerah ( sunda = milik ) yakni medapat anak laki-laki pemberian Yang Maha Agung, oleh karena itu tolong oleh Ibu perhatikan denga sungguh-sungguh dan disamakan kasih sayangnya dengan anak kita yaitu si Nyai, baik itu mengenai makanannya, minumnya dan sebagainya, dan juga apabila akaiannya kotor tolong dicucikan oleh si Nyai dan juga tolong beri tahu kepada si Nyai supaya berlaku sopan santun kepada Encep Ahmad Sastra, seta mudah-mudahan saja Allah mengabulkan maksud kita yakni ada suratan takdir dari lauh mahfudnya anak kita terjodohkan kepada Encep Ahmad Sastra.

Selanjutnya Bapak Mandor beserta istrinya memanggil putrinya yang tunggal kemudian berkata demikian : Anakku ( nyai ) sekarang kamu mempunyai saudara atau kakak yang namanya Kang Ahmad Sastra dan kamu harus hati-hati, jaga kesopanan baik-baik.

Adapun saudaramu itu gagah, alim ( berilmu ), dan wajahnya pun tampan, oleh karena itu Nyai harus merendahkan diri dan sopan santun.

Anakku ( nyai ) kamu harus mau prihatin yakni jika malam harus mau bangun dan segera laksanakan shalat tahajud, shalat hajat, shalat tasbih, shalat taubat, dan sebagainya dan apabila siang hari harus mau berpuasa sunah senin-kamis dan puasa wedalan ( hari lahir ) serta bermunajat kepada Allah dan mudah-mudahan kamu terjodohkan kepada Kang Ahmad Sastra.

Dalam hal ini oleh karena anaknya ( putrinya ) ada dalam didikan yang baik dari kedua orang tuanya, sudah cantik wajahnya lagi pula baik budi pekertinya, malahan dia ( nyai ) sudah banyak para pemuda ( jejaka ) yang mencoba melamarnya, namun dia tetap menolak dan mengatakan belum ada niat, namun ketika ditanya oleh orang tuanya begini : Nyai bagaimana kalau ada takdir dari Allah, seandainya Nyai terjodohkan kepada Kang Ahmad Sastra, apakah Nyai mau atau tidak ?” Maka jawabnya : Saya ( nyai ) mau menuruti saja keinginan bagaimana Bapak dan Ibu.

Ringkasnya cerita bahwa Syeikh Nur sudah menikah dengan si Nyai putrinya Bapak Mandor dan terlihatnya sangat rukun dan bahagia serta dalam berbagai hal selalu seiring sejalan.

Adapun mengenai ibadah shalat selamanya selalu berjama’ah dan tak pernah terdengar pertengkaran ( perselisihan ) oleh karena itu kedua orang tuanya sungguh merasa berbahagia dan malahan tambah bersyukur kepada-Nya.

Adapun tetangganya, baik itu yang dekat maupun yang jauh selalu simpatik kepadanya dan mereka selalu berharap mudah-mudahan, anak-anaknya berbahagia seperti si Nyai putrinya Bapak Mandor yang mana menurutnya beruntung sekali mempunyai menantu kebetulan tampan, sholeh, dan juga sakti  ( berilmu ) lagi, begitulah menurut pendapat sebagian orang pada saat itu.

Selanjutnya kita riwayatkan tentang istri Syaikh Nur yang begitu cantiknya, yang mana menikah sudah ada ± 3 bulan lamanya, namun beliau belum juga junub seperti umumnya orang pengantin baru.

Pada suatu malam istri Syeikh Nur tak tahan lagi ( maaf maksudnya junub ) karena melihat ketampanan Syeikh Nur, namun Syeikh Nur sang suami tetap saja dingin, lalu berkata istrinya : Nyai istriku, maukah dinda ( nyai ) berbahagia di akhirat kelak bersama kakang ?

Jawab Istrinya : Tentu saja Kang.

Lalu suaminya berkata : Nah kalau begitu nyai harus sabar dan jangan terbawa nafsu. Kemudian pada malam selanjutnya sang istri berkat apada suaminya : Kakang saya ingin itu ( maaf maksudnya agak porno yaitu junub ), lalu spontan sang istri membuka semua pakaiannya kemudian sang istri berkata : Kakang, saya sudah pasrah lilahi ta’ala karena sudah milik Kakang.

Pada saat itu Syeikh Nur munajat kepada Allah bahwa hal ini apa memang benar minallah atau minasy shaithon?

Lalu tak lama kemudian ada suara tanpa rupa ( ghoib ) dari langit yang berkata : Bahwa mengenai hal ini dia ( istrinya ) adalah minallah ( kehendak Allah ), namun begitu janganlah kau gauli karena nanti di akhirat kelak.

Mendengar suara ghoib oleh karena kehendak-Nya maka Syeikh Nur tak mempunyai syahwat namun justru istrinya tambah bernafsu, oleh karena tak tertahan akhirnya lupa rasa malunya, sehingga spontan sang istri memegang anunya ( maaf mungkin pembaca maklum dalam hal ini porno ) suaminya, namun sang istri kaget lalu berkata : Aduh mengapa keadaan Kakang kok jadi begini          ( maksudnya tidak syahwat ).

Selanjutnya sang suami berkata : Oleh karena itu bukan Kakang tidak berhasrat kepada Nyai, namun beginilah keadaan Kakang, maka dari itu Nyai harus mau bersabar dan ridlo seandainya tak terlaksanakan di dunia mudah-mudahan nanti di akherat.

Setelah sang istri melihat keadaan suaminya seperti begitu dan memahami perkataan ( nasehat ) suaminya maka Alhamdulillah sang istri diberi petunjuk dan teguh keimanan oleh Allah SWT.

Diriwayatkan pada suatu malam istri Syeikh Nur bermimpi  bergaul ( junub ) dengan suaminya yang mana terasa nikmat tiada bandingannya, sebab setiap tidur selalu bermimpi berjunub dengan suaminya serta tempat tidurnya harum baunya oleh wewangian.

Dan kejadian tersebut yang dialami oleh sang istri diceritakan kepada suaminya yang mana bahwa dirinya ( nyai ) telah bermimpi junub dengan suaminya yang nikmatnya tiada bandingannya.

Mendengar laporan dari sang istri begitu, kemudian Syeikh Nur berkata : Nah sekarang sudah terbukti keuntungannya bagi Nyai yang mana tempat tadi ketika Nyai bermimpi itu adalah di alam akhirat sebab di dunia tak ada yang model seperti itu indahnya, oleh karena itu Nyai harus tambah rajin beribadah sebab bathin Nyai sudah bertemu dengan kenikmatan alam akhirat.

Kemudian jawab istrinya : Terima kasih atas semua nasehat Kakang dan Insya Allah akan ku laksanakan dan mudah-mudahan nanti di yaumil akhir dapat menolong saya serta dapat bersama-sama lagi dengan Kakang serta ada dalam ridlo Allah SWT.

Kemudian jawab suaminya ( Syeikh Nur ) : Insya Allah semoga Allah mengabulkan semua keinginan Nyai.

Adapun kedua orang tuanya ( Bapak Mandor beserta Istrinya ) turut berbahagia dan selalu bersyukur kepada-Nya yang mana putrinya selalu rukun dalam rumah tangganya.

Ya Rabbana bi ahlil baitil mushthofa tsabbit Imanana ila yaumil wafa.

 

  • KETIKA SYEIKH NUR HARUS BERKELANA LAGI

 

      Diriwayatkan pada suatu hari tibalah saatnya Syeikh Nur harus berkelana         ( sunda = ngalalakon ) lagi, yang mana ketika ba’da shalat isya beliau didatangi oleh malaikat Hatif sambil mengucapkan salam dan sesudah dijawab salamnya lalu malaikta tersebut berkata : Ya Sayyidi saya di utus oleh Yang Maha Agung bahwa anda ( Syeikh Nur ) harus segera meninggalkan tempat ini dan pergi ke daerah Jawa Timur dan Madura yang mana harus mengislamkan orang-orang daerah tersebut.

Tak diriwayatkan secara detailnya dialog malaikat Hatif dengan Syeikh Nur, kemudian beliau ( Syeikh Nur ) sudah berada di Jawa Timur dan Madura.

Setelah itu beliau pindah bekerja ke daerah Jawa Tengah dan setelah selesai bersafar ( berkelana ) di Jawa Tengah, lalu beliau pindah ke daerah Jawa Barat dan kebetulan beliau menjadi Wedana di Bogor.

Selama beliau menjabat sebagai Wedana semua pekerjaannya lancar tak ada yang terbengkalai serta beliau dipertahankan ( sunda = kapake ) oleh Tn Asisten Residen, yang mana mengenai BAB Ketatanegaraan beliau sudah faham.

Lamanya beliau berkelana ( naglalakon ) di Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat ada ± 3 ( tiga ) tahun lamanya.

Setelah mengalami menjadi pejabat, kemudian beliau ada tugas lagi yaitu harus menjadi tukang mengantarkan surat ( opas pos ) yang lamanya ± 1 ( satu ) tahun, lalu beliau diangkat menjadi bendahara / keuangan.

Setelah menjadi kamisakis pos dan menjadi bendahara kemudian beliau dipindahkan ke Bandung, yang mana akhirnya semua kantor-kantor pos oleh beliau sudah di alami.

Selama beliau menjabat, maka semua pegawai merasa betah dan hidupnya berbahagia dan rajin sekali ibadahnya, serta banyak sekali yang naik pangkatnya berkat jasa beliau ( Syeikh Nur ).

Selesai menjalani ( sunda = ngalalakon ) menjadi pegawai, lalu beliau mendapat tugas dari Allah SWT menjadi tukang narik gerobak ( sunda =  gotrok ) yakni menjadi kuli atau buruh bersama-sama dengan kuli-kuli yang lainnya, yang mana route perjalanannya yaitu Cirebon-Bandung, dan pada waktu itu di Bandung pedagangnya hanya ada seorang yang jualannya di atas bale-bale, kemudian tak lama pedagangnya bertambah banyak.

Lamanya beliau ( Syeikh Nur ) menjadi tukang menarik gerobak kurang lebih          1 ( satu ) tahun, kemudian pindah menjadi kuli memasang tiang telepon, terutama di daerah cadas pangeran.

Ya Rabbana bi ahlil baitil mushthofa tsabbit Imanana ila yaumil wafa.

 

  • SETELAH SYEIKH NUR SELESAI MENDAPAT TUGAS DARI ALLAH SWT

 

      Ganti riwayat yaitu setelah beliau ( Syeikh Nuril Mubin ) selesai mendapat tugas dari Allah Robul’alamin yakni menggelarkan dua kalimah syahadat, kemudian beliau mewakilkan hal tersebut kepada adiknya yaitu Syeikhunal Mukarrom Maolana Abah Sayyid Umar Bin Isma’il Bin Yahya Panguragan, yang mana timbulnya ( berasal ) dari Mesjid Kebon Melati yang maknanya adalah gelarnya ilmu amal yang sejati yaitu shalat munajat tiap wengi ( malam ) dawuh Nab iwis melingi ( sabda Nabi sudah diajarkan ) dan siapa yang memberi pelajaran ? ( sunda = saha nu melingi ? ) adapun yang mengajarkan yaitu Sayyidi Syeikhunal Mukarrom yang memimpin agama Islam akhir jaman.

Adapun jelasnya yang memimpin agama Islam akhir jaman adalah Syeikh Nuril Mubin Abah Sayyid Ahmad Bin Isma’il Bin Yahya dan wakilnya yaitu Syeikhunal Mukarrom Maolana Abah Sayyid Umar Bin Isma’il Bin Yahya.

Kita tunda dulu sejenak kisah Syeikh Nur dan akan kita riwayatkan tentang orang tua Syeikh Nur ( Abah Isma’il )yang berada di desa Jungjang Arjawinangun Cirebon, yang mana pada waktu itu sedang mendapat keprihatinan ( kesusahan ) oleh karena rumahnya akan disita ( sunda =  dibeslah ) sebab terlibat ( terjerat ) rentenir orang China ( sunda = babah kredit ) dan masa pembayarannya tinggal ± 3 ( tiga ) hari lagi.

Ketika mendapat kesulitan begitu, lalu Abah Isma’il ( Ayah Syeikh Nur ) teringat pada putranya yang telah lama sekali tidak kembali yang mana menurut ingatannya yaitu : dulu waktu berpisah masih kecil, kira-kira berusia ± 8 ( delapan ) tahun yakni ketika dipesantrenkan di Ciwedus dan hingga saat ini tak ada kabar beritanya, entah pergi kemana.

Selama ditinggal oleh putranya maka Abah Isma’il ( ayah Syeikh Nur ) jadi sakit / stress ( sunda = gering ngalang layung ) yang mana setiap harinya selalu ingat kepada putranya yang telah lama tiada. Selanjutnya ingat terhadap nasib dirinya sendiri yang sedang kurang beruntung atau sedang menderita kesusahan dimana rumah dan tanahnya hendak disita yang waktunya hanya tinggal ± 3 ( tiga ) hari lagi.

Adapun mengenai hitungan utangnya terhadap Babah Kredit ( tukang kredit ) yaitu bunga berbunga ( pokok pinjaman ditambah bunga dan seterusnya ) sudah mencapai Rp. 3.000,- ( tiga ribu rupiah ).

Ketika sedang asyik mengingat-ingat ( melamun ) anaknya, maka tiba-tiba tak disangka-sangka seperti ada dalam impian yang mana apa yang sedang dilamun    ( dicita-citakan ) siang dan malam, maka tiba-tiba putranya yaitu syeikh Nur muncul ( datang ) dihadapannya.

Melihat anaknya datang tiba-tiba Abah Isma’il ( ayah Syeikh Nur ) kaget, dan merasa ragu-ragu karena menurutnya apa betul yang datang itu adalah putranya atau bukan ?

Kemudian Syeikh Nur menyapa ayahnya : Abah lupa lagi kepadaku ? ini di depan adalah putramu.

Mendengar perkataan begitu lalu Abah Isma’il terperanjat kaget dan langsung saja memeluk putranya sambil ditangisi karena rasa haru karena sudah lama kangen ( rindu ) sekali.

Setelah saling melepas rindu, kemudian langsung saja Abah Isma’il menerangkan apa yang telah terjadi menimpa dirinya saat itu.

Mendengar keterangan ayahya begitu lalu Syeikh Nur bertanya : Kalau bayarnya harus berapa Abah ?

Kemudian jawabnya ( Abah Isma’il ) adalah Rp. 3.000,- ( tiga ribu rupiah ), pokok dan bunganya.

Selanjutnya Syeikh Nur berkata dengan sopan santun : Maaf Abah, saya menasehati orang tua, untuk nanti lagi Abah tidak boleh ( dilarang ) meminjam uang renten ( riba ) lagi sebab yang meminjamkan dan yang meminjam itu sama saja dosanya yaitu nanti bakal di bakar / disiksa di neraka.

Lalu Syeikh Nur berkata lagi : Abah, silahkan ambil bungkusan kertas yang ada di atas pintu. Mendengar perkataan Syeikh Nur begitu maka Abah Isma’il heran karena seolah-olah dipermainkan oleh anaknya, sehingga dalam hatinya timbul pertanyaan : Apakah anak saya mengigau ( sunda = ngalindur ) atau bagaimana ?

Kemudian Syeikh Nur berkata sekali lagi : Abah ! sekarang jangan ragu-ragu saya tidak bohong dan tidak maksud mempermainkan orang tua dan jangan lupa, silahkan ambil bungkusan kertas yang ada di atas pintu.

Tak lama kemudian Abah Isma’il berdiri lalu pergi ke tempat dimana putranya menunjukan bungkusan kertas tadi berada.

Oleh karena merasa girang, lalu dambillah bungkusan tadi, kemudian disobeklah  ( dibukalah ) bungkusnya dan Abah Isma’il pun kaget karena merasa heran seperti ada di dalam impian saja, sebab benar bungkusan tadi isinya yaitu uang emas semua berupa tengahan. Kemudian si uang dihitung dan persis ( tepat ) tidak kurang dan tidak lebih jumlahnya Rp. 3.000,- ( tiga ribu rupiah ).

Kemudian pada waktu itu juga dibayarkan kepada Babah Kredit.

Dengan telah terbayarnya hutang pinjaman, alhamdulilah Abah Isma’il merasa lega ( bahagia ) oleh karena karomah-Nya Syeikh Nuril Mubin putranya yang mana rumahnya sudah terlunasi dan putranya yang sudah lama pergi sudah kembali lagi dalam keadaan sehat walafiat tak ada kekurangan sesuatu apapun, dan akhirnya Abah Isma’il bertambah syukurnya kepada Allah SWT atas nikmatnya yang telah dikaruniakan kepada dirinya.

Ya Rabbana bi ahlil baitil mushthofa tsabbit Imanana ila yaumil wafa.

 

  • SYEIKH NUR SUDAH BERADA DI ARJAWINANGUN CIREBON

 

      Diriwayatkan bahwa Syeikh Nur sudah berada lagi di Jungjang Arjawinangun Cirebon, namun selamanya beliau tidak keluar dari rumah.

Kemudian banyak tamu-tamu umum berdatangan ingin bertemu dengan beliau, namun Syeikh Nur tidak mau menerima tamu-tamu tersebut, karena terlihatnya oleh beliau macam-macam wujudnya seperti hewan, yaitu ada yang seperti monyet, anjing, babi, harimau, dan lain-lain sebagainya, hal ini bukan kehendak dirinya sendiri namun karena kehendak Allah SWT. Setiap hari mukanya selalu ditutup dengan kain putih dan tangannya dibungkus dengan kaos.

Melihat tingkah laku putranya begitu, maka sebagai orang tua ( Abah Isma’il ) menjadi sangat bingung yang mana menurut pemikirannya begini : Abuh nasibku kok begini, ada rumah sudah terbayar tapi anakku sekarang mendadak menjadi sakit jiwa.

Dimana setiap tamu-tamu yang datang menemuinya selalu disuruh berwudlu dahulu dan setelah berwudlu lalu disyahadati ( membaca dua kalimah syahadat ) oleh Syeikh Nur dan begitu seterusnya kepada semua tamu-tamunya yang datang.

Adapun semua tamu jarang yang mengetahui / faham, malahan kebanyakan mereka itu ( para tamu ) tetap menyangka bahwa menurutnya Syeikh Nur itu terganggu jiwanya.

Pada suatu hari datanglah dua orang tua yang mana tamu tersebut adalah tukang rentenir ( tukang membungakan uang ) yang suka menyita rumah, adapun maksudnya hendak menemui / menengok Syeikh Nur putranya Abah Isma’il, namun baru saja sampai ke hadapan Syeikh Nur lalu si tamu tersebut dimarahi habis-habisan begini : Hai jahanam calon isi dasarnya neraka, kamu kesini mau apa ?, tak usah ketemu denganku, ayo pergi dari sini !.

Setelah dimarahi begitu, lalu si dua tamu tadi langsung buru-buru pamit kepada Abah Isma’il, kemudian pergi meninggalkan tempat tersebut ( rumah Abah Isma’il ), adapun Abah Isma’il jadi bingung memikirkannya.

Banyak para kiayi, para santri, dan ajengan datang yang mana mereka semua memberi saran kepada Abah Isma’il bahwa putranya ( Syeikh Nur ) jangan didiamkan saja dan harus segera berikhtiar kepada yang mengerti masalah putranya, pokoknya kepada siapa saja yang dapat mengobati Syeikh Nur, malahan di suatu tempat ada seorang Kiayi junuhur yang namanya yaitu : Habib Al Habsyi.

Selanjutnya tak lama kemudian Abah Isma’il mendatangi Habib Al Habsyi tersebut.

Setelah sampai di hadapan Habib tersebut, lalu Abah Isma’il menceritakan maksudnya. Setelah mendengar perkataan Abah Isma’il lalu Habib Al Habsyi berkata : Saudara jangan kaget sebab sebenarnya putramu tidak terganggu jiwanya ( tidak gila ) namun dia sedang disucikan oleh Allah Yang Maha Agung dan sedang diberi ilmu la duni, maka mulai saat ini Abah Syarif jangan ragu-ragu lagi dan juga harus mengerti pokoknya putramu itu sedang ditingkatkan ilmunya oleh Allah Robul’alamin, sebab putramu itu bukan orang sembarangan dan insya Allah tidak ada tandingannya kehebatannya.

Mendengar jawaban Habib Al Habsyi begitu, namun buat Abah Isma’il belum juga yakin, kemudian berikhtiar lagi yaitu menanyakan kepada ahli nujum yang namanya Ali-Bajuri yang mana menurut ahli nujum tersebut jawabannya sama seperti Habib Al Habsyi yaitu bahwa putranya ( Syeikh Nur ) ilmunya sangat tinggi ( sunda = sepuh ilmuna ) yang mana ilmunya yaitu ilmu laduni karunia dari Allah Yang Maha Kuasa.

Namun dalam hal ini tetap saja hati Abah Isma’il belum percaya dengan yakin, kemudian beliau mencari lagi kepada ahli nujum yang lebih sakti, namun ketika Abah Isma’il berada di tengah-tengah perjalanan maka beliau berjumpa dengan seorang kakek-kakek sudah tua sekali , kemudian kakek tersebut bertanya pada Abah Isma’il begini : Hendak pergi kemana dan dari mana ?

Lalu Abah Isma’il menjawab : Saya akan mencari ahli nujum yang sakti untuk mengobati anak saya yang sedang sakit jiwa.

Kemudian kakek-kakek tadi berkata : Disini tak ada ahli nujum yang sakti dan mengenai puramu sebenarnya dia tidak sakit jiwa, dan selanjutnya si kakek memberi nasehat kepada Abah Syarif Isma’il bahwa sebenarnya putranya tidak sakit jiwa dan dalam hal ini Abah Isma’il tak usah bingung.

Adapun mengenai mencari ahli nujum yang sakti sebetulnya di dunia ini tak ada yang sakti, sedangkan sakti hanyalah Allah semata dan mengenai putramu Syeikh Nuril Mubin yakni sedang dicintai oleh Allah SWT yaitu sedang diberi ilmu laduni dan seandainya kamu masih saja belum percaya nanti bisa celaka karena mengakibatkan mati dalam keadaan kafir.

Selanjutnya si kakek menebak ( mengungkap ) semua kelakuan Abah Isma’il satu persatu tak ada yang terlewat, sedangkan Abah Isma’il bungkamnseribu kata oleh karena merasa malu ( ajrih ) oleh kakek tadi.

Selesai kakek memberi nasehat kemudian Abah Isma’il mengucapkan terima kasih atas segala nasehat kakek, lalu Abah Isma’il permisi pulang dan kira-kira ada 7 ( tujuh ) langkah lalu Abah Isma’il menengok kebelakang, namun si kakek tadi sudah tidak ada lagi yakni menghilang entah kemana, sehingga hati Abah Sayyid Isma’il tanda tanya begini : Apakah kakek tadi itu jin, syetan, atau malaikat?

Tak diceritakan mengenai dalam perjalanannya menuju ke rumah dan Abah Isma’il sudah tiba di rumah sekitar waktu ashar, kemudian beliau shalat ashar dulu lalu disambung dengan wirid.

Selesai wiridan kemudian Abah Isma’il ke depan dan tiba-tiba di depannya sudah ada si kakek yang tadi lagi entah dari mana asalnya.

Lalu si kakek berkata : Hai Syarif, seandainya sekarang belum juga percaya pada kekuasaan Allah maka kamu harus cepat-cepat minta maaf pada anakmu dan jika tidak menurut maka dapat menjadi / termasuk orang yang ingkar / kafir.

Setelah berkata begitu, lalu si kakek meninggalkan tempat tersebut, adapun Abah Isma’il hanya heran terkesima sebab banyak sekali kejadian-kejadian yang aneh menimpa kepada dirinya.

Ketika asyik melamun begitu, tiba-tiba Abah Isma’il mendengar suara tanpa rupa ( gahoib ) yang katanya begini : Hai Syarif jangan ditunda-tunda lagi, nanti waktunya habis, ayo cepat-cepat ( segera ) kamu minta maaf pada anakmu sebab kamu telah berdosa besar karena sudah berani menghina kepada panutan akhir jaman.

Mendengar penjelasan begitu, lalu Abah Isma’il tak ragu-ragu lagi , terus saja pergi memburu mendatangi putranya yaitu Syeikh Nur dan setelah bertemu dengan putranya lalu dirangkul sambil menangis seperti anak kecil saja, lalu beliau berkata : Anakku, maafkan Abah serta bebaskan Abah dari siksaan neraka.

Demikianlah saudara-saudaraku sekalian yang seikhwan, adapun ayahnya sendiri tidak percaya bahwa Syeikh Nur adalah Kholifatul Mahdi akhiru jaman, maka nanti di akhirat dapat murka Allah ( sunda = kasiku ku pangeran ), apalagi diri kita yang begini dhoifnya, maka jika tak percaya tentu akan celaka dunia akhirat dan akhirnya akan dijebloskan ke dalam neraka. Na’udzubillahimin dzalik.

Oleh karena itu kita harus memohon kepada Allah SWT semoga kita semua diberi petunjuk ( taufik hidayah ) agar percaya ( iman ) dengan yakin ( Haq-qul yakin ) dan dijauhkan dari siksaan neraka, karena kami tidak akan kuat menahan siksaan-Nya.

Dalam hal ini ikut merasa prihatin kepada para Kiayi atau Ajengan atas santrinya yang suka membenci kepada beliau ( Syeikh Nuril Mubin ) disebabkan oleh karena mereka itu merasa dir ( sombong ) atau ria, yang mana merasa dirinya sudah banyak ilmunya ( merasa lebih tinggi ilmunya dari yang lain ). Dan juga karena merasa sombong sebab mereka beranggapan bahwa ada hadits yang berbunyi : Al Ulama, warisatul anbiya-I yang artinya Ulama adalah pewaris nabi, sehingga mereka itu banyak yang membenci pada dzuriyyah Rasul.

Maka dengan demikian jelas bahwa mereka itu sesungguhnya akan mendapat murka Allah dan Rasul-Nya, naudzubillahimin’dzalik.

Oleh karena itu bagi yang sudah menimba ilmunya yaitu dua kalimah syahadat, maka harus mengetahui bahwa jaman sekarang ini adalah jaman Muhsin = kebaikan yakni jaman penutupan.

Dengan demikian maka kita harus kuat berpegang pada tali Allah dan Rasul-Nya dan janganlah sampai lepas, oleh karena itu maka syahadatnya harus dibaca, zakat dan sedekahnya diamalkan, serta puasa ramadhan setiap tahunnya dilaksanakan, demikian naik hajinya dilaksanakan apabila mampu dan cukup bekalnya tapi apabila tidak mampu maka dianjurkan haji kecil saja kita laksanakan yaitu jum’ah minimal 40 ( empat puluh ) kali jangan terlewatkan, karena hal itu sama nilai pahalanya dengan naik haji  ke tanah suci sekali.

Dengan demikian, mudah-mudahan Allah SWT menerima segala amal baik kita dan mengampuni segala kesalahan kita semua.

Ya Rabbana bi ahlil baitil mushthofa tsabbit Imanana ila yaumil wafa.

 

  • RIWAYAT PANGERAN SANTRI SUMEDANG

      Diriwayatkan pada waktu di tanah Pasundan yang tepatnya yaitu daerah Sumedang, ada seorang yang gagah sakti mandraguna tak ada tandingannya yang namanya yaitu Pangeran Sumedang atau terkenalnya yaitu Pangeran Santri yang mana dia sudah terkenal ke seluruh penjuru daerah dan menurut cerita bahwa Pangeran Santri Sumedang dapat menyamar ( menyerupai ) ± 40 ( empat puluh macam samaran ).

Adapun ilmunya Pangeran Santri Sumedang yaitu Ilmu Maqdum Shorfin atau disebut Ilmu Kamalaikatan, dan berhubung dia merasa gagah sakti di sekitar kolong langit ( jagat ) ini dan tak ada yang menandinginya sehingga dirinya menjadi ujub ( sombong ).

Menurut riwayat dia ( Pangeran Santri Sumedang ) mendengar berita bahwa di daerah Arjawinangun Cirebon ada seorang ahli nujum yang sakti / bertuah        ( sunda = ngaromat ) yang namanya adalah Syeikh Nuril Mubin.

Tak lama kemudian terus si Pangeran Santri Sumedang ganti pakaian compang camping yang maksudnya akan mengujinya ( menandinginya ) sambil di dalam hatinya berkata begini : Kalau memang benar nujum itu sakti maka tentunya dia  ( Syeikh Nuril Mubin ) akan mengenalku, namun sebaliknya jika dia tidak mengenal ( tak tahu ) kepada samaranku maka jelas bahwa nujum tersebut palsu.

Kemudian si Pangeran Santri Sumedang membawa anak buahnya sebanyak           4 ( empat ) orang, diantaranya 2 ( dua ) orang opas ( wartawan ), 1 ( satu ) orang camat, dan 1 ( satu ) orang lagi yaitu mantra polisi.

Adapun ke 4 ( empat ) utusan tadi juga ganti pakaian maksudnya supaya tidak ketahuan samarannya, sebab mereka itu punya maksud jahat yaitu : Rencananya di mana jika si Nujum itu palsu, maka si Mantri Polisi yang menangkapnya dan      2 ( dua ) opas yang mengikatnya serta mengambil semua harta milik si Nujum dan mengambil alamat Habib ngaromat tersebut.

Tak diriwayatkan mengenai masalah di perjalanannya, kemudian rombongan Pangeran Santri Sumedang sudah tiba di depan rumah nujum ngaromat yaitu Habib Syeikh Nuril Mubin.

Kemudian langsung saja tamu-tamu tadi diterima dan dipersilahkan duduk di ruang depan ( ruang tamu ) oleh Abah Syarif Isma’il.

Setelah para tamu duduk lalu Abah Isma’il memanggil putranya ( Syeikh Nuril Mubin ) dan diterangkan maksud tujuannya datang kemari yaitu hendak berjumpa dengan Syeikh Nuril Mubin.

Mendengar perkataan orang tuanya begitu, lalu spontan Syeikh Nur berdiri sambil berkata begini : Abah, awas harus hati-hati, seharusnya tamu-tamu tersebut jangan diterima sebab mereka itu hendak menipu kita yakni hendak berbuat khianat ( jahat ) pada pribumi dan semua barang pemberian ( hadiyah ) jangan diterima karena barang tersebut adalah fitnahan belaka dan membuat racun bagi kita.

Orang-orang tersebut adalah alat-alat Negara, oleh karena itu Abah harus hati-hati dan dalam hal ini mudah-mudahan Abah mengetahuinya.

Adapun yang diluar itu adalah Mantri polisi dan yang dua adalah opas kecamatan dan yang satu lagi adalah camat juragan asisten, sedangkan Bupati menunggu di jalan yaitu dalam mobil.

Setelah ke 4 ( empat ) tamu tadi di tebak begitu, lalu mereka terburu-buru pergi hingga lupa permisi lagi, lalu memburu mobilnya yang diparkir tak jauh dari situ.

Selanjutnya sesampainya di tempat Bupati berada, lalu mereka melapor kepada Kanjeng Bupati tentang kesaktian Nujum tersebut bahwa Habib Ngaromat tadi betul-betul mengetahui segala tingkah laku ( rencana ) kita semua.

Ringkas riwayat bahwa setelah ketahuan segala maksud dan tujuannya, lalu Pangeran Santri ( Pangeran Kornel ) beserta anak buahnya kembali lagi ke Sumedang sambil dalam hati mereka masing-masing bergumam : ( sunda = galecok ) begini : Baru seumur hidup saya bertemu dengan nujum yang sakti         ( sunda = wacis ) yakni mengetahui segala tingkah laku manusia, tapi dasar nafsu angkara murka yang menempel di dalam hati si Pangeran Santri Sumedang yang mana dia tetap nekad hendak mencoba menandinginya ( sunda = ngayoan ) sekali lagi, namun sekarang dia ( Pangeran Santri ) berangkatnya hanya berdua saja yaitu dengan sopirnya saja.

Berangkat dari Sumedang sengaja diatur pada waktu maghrib, dalam hal ini karena Allah tidak merestuinya maka selama dalam perjalanan maka ban kendaraannya meledak kurang lebih ada 10 ( sepuluh ) kalinya, padahal dalam hal ini jika Pangeran Santri Sumedang menyadari ( mengerti ) terhadap masalah tersebut adalah suatu tanda peringatan dari Allah SWT, maka perilaku demikian janganlah dilanjutkan, sebab nanti akan kewirangan ( dipermalukan ) terhadap dirinya.

Berangkat sekitar jam 06.00 ( 18.00 ) maghrib, oleh karena terlalu sering ban kendaraannya meledak, maka tiba di Arjawinangun kira-kira jam 08.00 pagi hari rabu tanggal 25 Ramadhan 1340 H.

Diriwayatkan Habib Karomat sedang berada di dalam mesjid, beliau sedang tafakur dan memohon kepada Allah Yang Maha Kuasa semoga dijauhkan dari godaan iblis, dan mohon ditetapkan iman, Islam, dan mohon syafa’atnya Rasulullah SAW, supaya umat Islam akhir jaman diberi kekuatan iman Islam selamat dunia akherat, dunia akherat selamat, kemudian beliau membaca kalimah thoyibah 3x.

      Adapun Pangeran Santri Sumedang menyamar seperti sebelumnya yaitu memakai pakaian compang camping yang maksudnya supaya jangan dikenal, namun kaget bin ajaib setelah Bupati Sumedang sampai di depan mesjid mendadak Pangeran Santri membentur benturkan dirinya pada batu ( tembok ) yang berada di sekitar mesjid, yang menurut perasaannya dia sedang berkelahi dengan raksasa / buta, maka oleh karena dia yang kalah sehingga badannya dibentur-benturkan pada batu sambil menjerit minta pertolongan.

Ketika Abah Syarif melihat ada orang sedang membentur-benturkan dirinya pada batu, maka beliau sangat kaget / terperanjat, dalam hal ini seandainya Pangeran Santri sadar bahwa sebenarnya dirinya sedang membentur-benturkan perilakunya sendiri yang buruk dan oleh karena dia kualat ( kasiku ) yaitu telah berani menghina terhadap dzurriyyah Rasul panutan akhir jaman Khalifatul Mahdi.

Ketika Syeikh Nur mendengar ada orang yang minta tolong, selanjutnya beliau mengambil segelas air kemudian diminumkan kepada Pangeran Santri Sumedang, Kusuma Dilaga.

Dalam hal ini ada yang meriwayatkan bahwa Pangeran Santri dibanjur dengan air comberan. Karena pertolongan-Nya, serta syafa’atnya Rasulullas SAW, kharomahnya Sayyid Ahmad Nuril Mubin maka Pangeran Santri Sumedang yang membentur-benturkan badannya pada batu dan mendadak seketika juga sembuh kembali seperti biasa.

Kemudian setelah Pangeran Santri sadar kembal, lalu oleh Syeikh Nur ditebak        ( dibeberkan tujuannya dari awal sampai akhir ) yaitu hendak mencoba / menandingi ilmunya.

Kemudian setelah diterka seluruh maksudnya maka Pangeran Santri bersimpuh di hadapan beliau ( Syeikh Nur ) tanpa daya sambil memohon ampun / maaf dan berjanji tidak akan lagi menghina ( memperolokan ) pada beliau serta berjanji hendak berguru pada Syeikh Nur.

Selanjutnya Pangeran Santri Sumedang Kusuma Dilaga di Islamkan oleh Syeikh Nur yaitu diperintahkan membaca dua kalimah syahadat kemudian diajarkan berbagai masalah agama Islam dan membuang jauh-jauh ilmu maqdum shorfinnya dan setelah itu Pangeran Santri Sumedang pamit pulang ke kota Sumedang.

Ya Rabbana bi ahlil baitil mushthofa tsabbit Imanana ila yaumil wafa.

 

  • KECINTAAN SYEIKH NUR PADA UMAT ISLAM

      Abah Sayyid Ahmad Nuril Mubin Bin Isma’il Bin Yahya, selalu memperhatika kepada umatnya, baik itu santrinya atau kiayinya, baik laki-laki maupun perempuan, kebanyakan bahwa perilaku ibadah hanya dipakai kedok saja, tak menyadari bahwa imannya bengkok, mengaku bahwa dirinya beriman kepada Allah dan Rasul-Nya tapi aneh mengikuti ( Cirebon = ngagandul
) jejak dzuriyyah Rasul tidak mau, kemudian ada yang mengaku tidak tahu tapi mereka tak mau mencarinya dan anehnya apabila diberi tahu malah membenci seraya berkata : Ah, bukan itu orangnya, maa sih ada kholifah akhir jaman kok tidak terdengar dan terlihat dari mana masantrennya, dan lain-lain sebagainya, yang mana pokoknya mereka tetap menolak tak mempercayainya.

Timbul pertanyaan mengapa kok demikian ? karena hal ini disebabkan oleh karena tertipu oleh hawa nafsunya, karena merasa dirinya paling pandai, paling alim, atau karena merasa bahwa segala ilmu pengetahuan sudah cukup atau yang lainnya, sehingga hatinya tertutup oleh ayat “Khota mallahu’ala kullu bihim wa’ala sam ihim wa’ala absharihim ghisawatuw walahum adzabun adlim” ( surat Yasin ). Artinya : Allah telah mencap hati dan pendengaran mereka dan atas penglihatan mereka itu ada tutup dan untuk mereka itu adalah suatu siksaan yang besar.

Mereka itu hidupnya merasa dir ( sombong ) dan beranggapan bahwa dirinya seolah-olah akan jadi calon syurga sehingga kepada orang lain bisanya hanya menghina, menyepelekan, ( mencemoohkan ) terhadap yang model demikian seperti manakibnya, kharomahnya, dan lain-lain sebagainya. Maka awal dan akhirnya kehidupan mereka akan merugi dan dapat celaka dunia akhirat.

Maka kita sebagai umat Islam justru harus lebih percaya dengan yakin kepada beliau ( Syeikh Ahmad Nuril Mubin ) dan mengambil ilmunya yaitu dua kalimah syahadat agar supaya dapat selamat dunia dan akhirat.

Ya Rabbana bi ahlil baitil mushthofa tsabbit Imanana ila yaumil wafa.

 

  • RIWAYAT SYEIKH NUR OLEH HAJI ABDUL KARIM

      Diriwayatkan oleh Haji Abdul Karim dari desa Dadap Karang Ampel Indramayu, yang mana meriwayatkan bahwa ketika tanggal 1 rajab 1340 H.

Pada waktu itu Syeikh Ahmad sedang duduk berhadap-hadapan dengan Haji Abdul Karim, kemudian beliau ( Syeikh Nuril Mubin ) berkata : begini seandainya kita ada umur insya Allah kita sama-sama naik haji, selanjutnya jawab Haji Abdul Karim menyanggupi, namun lama-lama Haji Abdul Karim timbul pertanyaan dalam hatinya begini : Dari mana untuk ongkosnya padahal saya tak mempunyai uangnya.

Namun dalam hal ini oleh karena Syeikh Ahmad kekasih Allah, maka beliau mengetahui isi hati Haji Abdul Karim, selanjutnya Syeikh Ahmad berkata : Anda jangan ragu-ragu dan masalah ongkos pulang pergi ke Mekkah Insya Allah mudah-mudahan Allah mengabulkan.

Mendengar kata-kata Syeikh Nur demikian maka lalu Haji Abdul Karim menangis oleh karena merasa ajaib, tegasnya telah su’udhon sehingga saat itu juga Haji Abdul Karim sujud mohon maaf kepada Syeikh Ahmad Nuril Mubin bahwa tidak akan salah sangka lagi.

Ringkasnya riwayat bahwa waktunya naik haji ke tanah suci sudah tiba, selanjutnya berangkatlah Syeikh Ahmad Nuril Mubin dan Haji Abdul Karim beserta rombongan lainnya menggunakan kapal laut.

Karena takdir Allah Yang Maha Kuasa di tengah perjalanan terjadi gerhana bulan hingga habis ( gelap sekali ) sehingga seluruh penumpang kapal merasa khawatir dan kapten kapalnya pun ikut bingung karena menurut ilmu falaq 2 ( dua ) jam lagi bakal terjadi badai angin topan yang dapat mengakibatkan kapal tenggelam, dan jika diam akan terguling dan jika memaksa berangkat dapat menabrak batu karang, sedangkan kapten sudah habis akal karena kebingungan.

Sedang bingung memikirkan hal tersebut, tiba-tiba datang ada seorang penumpang kapal memberitahu bahwa di kapal kita  ini ada seorang Sayyid keramat.

Kemudian kapten kapal mencoba meminta tolong bagaimana saran yang sebaiknya kepada Sayyid Ahmad agar supaya terhindar dari bahaya, apakah kapal harus berangkat atau menunggu.

Mendengar pertanyaan kapten kapal begitu kemudian Sayyid Ahmad menjawab : Lebih baik sekarang diberangkatkan saja, selanjutnya terus saja saat itu kapal diberangkatkan hingga keesokan harinya sampai di pelabuhan Jedah dengan selamat.

Setelah kapal berlabuh, kemudian Syeikh Nuril Mubin turun, kemudian kapten telah diberikan sebelumnya dan kapten kapalpun akhirnya memeluk agama Islam, dan yang mengIslamkannya adalah Syeikh Nuril Mubin.

Ya Rabbana bi ahlil baitil mushthofa tsabbit Imanana ila yaumil wafa.

 

  • RIWAYAT SYEIKH NUR OLEH KIAYI ZAINAL ASIKIN SINDANG LAUT

      Diriwayatkan oleh Kiayi Zainal Asikin Sindang Laut, ketika Syeikh Ahmad Nuril berkunjung ke rumah Zainal Asikin di desa Munjul dan pada saat itu berangkatnya ketika hujan lebat sekali disertai dengan halilintar namun Sayyid Ahmad Nuril Mubin terus memaksa berangkat dan menyebrangi sungai.

Sebelum menyebrangi sungai di tengah jalan ada yang melarang kepada Sayyid Ahmad Nuril Mubin supaya berangkatnya ditangguhkan karena dari arah selatan ada air sungai mendekati menuju arah beliau sedang menyebrang, namun beliau tetap menyebranginya.

Sesampainya Syeikh Nuril Mubin di sungai tersebut tiba-tiba air sungai yang mendekati beliau mendadak berhenti bagaikan dinding tembok yang tegaknya kurang lebih 10 ( sepuluh ) meter hanya ditahan oleh tangan sebelah beliau, selanjutnya beliau selamat sampai ke sebrang sungai.

Dengan adanya kejadian tersebut banyak orang-orang yang menyaksikan merasa heran dan ajaib, hal ini tentu karena kekuasaan Allah SWT.

Selesai menyebrangi sungai dengan selamat, selanjutnya beliau menuju rumah Kiayi Zainal Asikin namun kebetulan Kiayi Zainal Asikin sedang menunaikan shalat di mesjid. Ba’da salam Kiayi Zainal Asikin melihat ada Sayyid Ahmad Nuril Mubin, selanjutnya terus dijumpai dan dipersilahkan ke rumah Kiayi Zainal Asikin, kemudian ditanya oleh Kiayi Zainal Asikin dengan penuh keheranan, karena begitu hujan lebat namun Sayyid Ahmad tidak basah sama sekali.

Selanjutnya Sayyid Ahmad berkata : Sudahlah janagn diceritakan kepada orang lain, kemudian beliau menginap di rumah Kiayi Zainal Asikin semalam dan pagi-paginya beliau pulang.

Setelah Sayyid Ahmad kembali pulang, tak lama banyak berdatangan tamu-tamu mengunjungi Kiayi Zainal Asikin dan menanyakan ada tamu dari mana, sebab semua orang merasa heran, karena masya Allah beliau menyebrangi sungai yang sedang banjir besar, namun oleh beliau airnya ditahan oleh sebelah tangan saja, sehingga airnya berhenti seperti membentuk dinding yang tingginya ± 10 ( sepuluh ) meter.

Ya Rabbana bi ahlil baitil mushthofa tsabbit Imanana ila yaumil wafa.

 

  • KETIKA SYEIKH NUR MENGADAKAN PERINGATAN MAULID NABI 

      Diriwayatkan oleh orang tua Syeikh Ahmad Nuril Mubin Jungjang Arjawinangun yang mana meriwayatkan ketika Syeikh Ahmad Nuril Mubin mengadakan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di Jungjang.

Sebelum peringatan dilaksanakan dan Alhamdulillah Sayyid Ahmad Nuril Mubin banyak dikunjungi tamu, diantaranya ada yang bermaksud memohon ijin membuat hidangan nasi kebuli, selanjutnya dibuatlah 10 ( sepuluh ) buah hidangan. Kemudian acara peringatan Maulid Nabi dilaksanakan dan dihadiri oleh tamu yang berjumlah lebih dari seribu orang, yang turut meramaikan peringatan maulid sehingga memenuhi tempat tersebut.

Selesai membaca syarifatul anam, kemudian membaca asyaroqol badru dan seterusnya. Kemudian ketika khusyuk-khusyuknya, tiba-tiba ada salah seorang yang melihat alam ghaib yaitu melihat ruh Nabi SAW beserta ruh para sahabat yang 4 ( empat ) yaitu Sayyidina Abu Bakar Shidiq, Sayyidina Umar Bin Khattab, Sayyidina Usman Bin Affan, Sayyidina Ali Bin Abi Thalib dan 2 ( dua ) ruh wanita yaitu Siti Fatimah dan Siti Khadijah atas seijin Allah SWT.

Selanjutnya orang tadi yang melihat ruh-ruh tersebut bermaksud ingin mendekat dan berjabat tangan ( sunda = munjungan nyalam ) kepada Nabi SAW beserta para sahabat yang 4 ( empat ) dan Siti Fatimah dan Siti Khadijah, oleh karena itu orang tersebut tak sadar maka seluruh hidangan yang terpajang begitu banyaknya terinjak-injak namun heran bin ajaib tak satu pun ada yang rusak atau berubah begitu juga barang-barang yang lainnya seperti piring dan sebagainya tidak ada yang rusak / pecah.

Dengan adanya kejadian seperti itu maka ini adalah suatu pertanda karomahnya Sayid Ahmad Nuril Mubin yang dikaruniakan oleh Allah SWT.

Ya Rabbana bi ahlil baitil mushthofa tsabbit Imanana ila yaumil wafa.

 

  • RIWAYAT DI DESA LINGGARJATI KUNINGAN

      Diriwayatkan bahwa di desa Lingarjati Kuningan konon ada seorang berusia setengah baya yang bernama Mama Kopral dan Istrinya yang bernama Ibu Imbi mempunyai seorang putra yang bernama Suhardja.

Pada suatu hari Bapak Suhardja memohon ijin kepada Ayah dan Ibunya yang maksudnya hendak berguru pada Habib Keramat yang berada di desa Arjawinangun Cirebon yang termasyur namanya adalah Syeikh Ahmad Nuril Mubin.

Mendengar hal tersebut kedua orang tuanya sangat berbahagia karena putranya mempunyai maksud yang sangat begitu baik.

Kemudian setelah direstui oleh kedua orang tuanya, lalu Bapak Suhardja berangkat menuju desa Arjawinangun Cirebon yaitu ke rumah kediaman Syeikh Nur.

Adapun Bapak Suhardja tinggalnya di Kebon Melati Kejaksaan Cirebon dan oleh karena dia ( Bapak Suhardja ) adalah seorang yang berilmu dan berbudi luhur maka segala sesuatunya selalu memohon do’a restu pada kedua orang tuanya apalagi dalam hal ini tentang menuntut ilmu untuk keselamatan dunia akhirat.

Diriwayatkan setelah Bapak Suhardja berada di hadapan Abah Sayyid Ahmad Nuril Mubin, kemudian dibaiat dengan ikrar membaca dua kalimah syahadat dan oleh oleh karena kharomah beliau ( Sayyid Ahmad Nuril Mubin ) kemudian mendadak / spontan tingkah laku Bapak Suhardja menjadi berubah aneh yaitu pekerjaannya selalu menangis dan penglihatannyapun menjadi berubah, misalnya : jika melihat orang lain harus selalu ditutup dengan kain putih dan juga seandainya ada orang lain baik itu laki-laki atau perempuan datang kehadapannya dapat diketahui / diterka dari mana asal usulnya dan maksud kedatangannya.

Kemudian Bapak Suhardja diwirid :

  1. Syahadat Mahdi

“Asyhadu anlā ilāha illallāh wa asyhadu anna Muhammadarrasulullāh, Sayyidina Syeikh Ahmad Nuril Mubin ali al hadi Imam Mahdi kholifaturrasulullah-kholifatu Habibullah-khalifatu Waliyullah 3X”

Artinya : Aku bersaksi bahwa tiada tuhan yang wajib disembah kecuali Allah dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad itu adalah utusan Allah

  1. Istighfar

“Astaghfirullohal ‘adhim innalloha ghofururrohim 3X”

  1. “Inna lillahi wa inna ilaihi roji’un 3X”
  1. “La haola wala quwwata illa billahil ‘aliyyil adhim 3X”

 

Kemudian Bapak Suhardja menggelarkan / mewiridkan syahadat mahdi kurang lebih 1 ( satu ) tahun dan orang yang diwirid Syahadat Mahdi tersebut menjadi rajin beribadah, baik itu yang wajib maupun yang sunahnya, tidak pernah tertinggal, hal ini dikarenakan oleh kharomahnya beliau ( Sayyid Ahmad Nuril Mubin ) dan hakekatnya karena kurnia Allah SWT.

Selanjutnya tak lama kemudian pada tahun 1946 Masehi (1    H ), Bapak Suhardja berkenalan dengan seorang pemuda yang masih perjaka dan dia berasal dari Cikaso Kuningan yang bernama Encu Suarta yang mana dia ( Encu Suarta ) dibawa oleh bibinya yang bernama Djumi.

Pemuda tersebut adalah yang mempunyai manakib tersebut yang mana sebelumnya tak dapat menulis dan membaca namun alhamdulilah setelah diwirid Syahadat Mahdi oleh gurunya yaitu Bapak Suhardja dan setelah itu berguru pada sentralnya yaitu Abah Sayyid Ahmad Nuril Mubin Arjawinangun Cirebon dan Alhamdulillah oleh kharomahnya beliau ( Sayyid Ahmad Nuril Mubin ) yang tadinya malas beribadah kemudian menjadi rajin ibadahnya ( maaf bukan ujub ) namun setelah mengamalkan syahadat mahdi maka dia ( Encu Suarta ) mendapat ujian yaitu banyak orang yang menghinanya baik dari pihak keluarga ataupun yang lainnya, namun dia tetap sabar dan selalu berdoa munajat kepada Allah SWT, syafa’atnya Rasulullah SAW dan kharomahnya guru Syeikh Nuril Mubin, maka Alhamdulillah do’anya dikabulkan oleh Allah SWT.

Tak lama diantaranya mula-mula pamannya yang bernama Bapak Warya Salam, kemudian Ibu tirinya dan Ayahnya yang bernama Bapak Singajaya, kemudian saudara-saudaranya dan akhirnya kepada yang lainnya sehingga menyebar ke sekabupaten Kuningan yaitu ilmu syahadatain disebarkan hingga ke daerah Banten sampai kira-kira tahun 1947 M (……. H ).

Selanjutnya tak lama kemudian muncullah / timbullah di daerah sekitar utara-barat Gunung Jati yaitu di daerah desa panguragan yang mana masih ada keturunan dari Ahlul Bait Nabi SAW yang bernama Syeikhunal Mukarrom Maolana Abah Sayyid Ahmad Nuril Mubin Bin Isma’il Bin Yahya Arjawinangun dan gelarnya adalah Ya Hadi Ya Alim Ya Khabir Ya Mubin Ya Wali Ya Mahdi Ya Qowwum Ya Hafidl.

Selanjutnya selain dari itu ada lagi satu saudara beliau (adiknya) yaitu Abah Sayyid Muhammad Bin Muhammad Indramayu gelarnya yaitu Ya Hayyu Ya Qoyyum.

Akhir dari riwayat tersebut penulis berwasiat khusus kepada dirinya juga kepada saudara-saudara seperguruan dan juga kepada yang lainnya supaya teguh, ajeg ( istiqomah ) berjuang mengikuti panutan akhir jaman, maka jika dilepaskan masya Allah akan merugi dunia akhirat, namun sebaliknya jika kuat / teguh maka insya Allah akan selamat dunia akhirat.

Amin ya Robal’alamin.

Ya Rabbana bi ahlil baitil mushthofa tsabbit Imanana ila yaumil wafa.

 

  • RIWAYAT TAHUN 1959 – 1960

      Diriwayatkan konon kira-kira pada tahun 1959 – 1960, penulis manakib ini        ( Encu Suarta bin Singajaya ) bersama-sama dengan gurunya ( Abah Sayyid Ahmad Nuril Mubin ) berangkat menuju rumah teman seperguruan yang beralamatkan di jalan Mulia 34 Bandung yaitu yang bernama Husein.

Setelah sampai pada alamat yang dituju kemudian berkumpul bersama-sama dan Sayyid Ahmad Nuril Mubin berkata : Sen, ( sebutan nama pendeknya Husein ) mau menurut nasehat Abah atau tidak ?

Selanjutnya jawab Kang Husein demikian : Tentu Abah, Insya Allah akan saya laksanakan nasehat Abah.

Kemudian Abah berkata : Sen ! kau harus naik haji !

Mendengar perkataan Abah begitu lalu Kang Husein termenung sejenak sambil berfikir demikian : Untuk naik haji kan harus perlu biaya, sedangkan saya tak punya biaya sepeser pun.

Melihat Kang Husein termenung kebingungan, lalu Abah Sayyid Ahmad Nuril Mubin berkata lagi : Jual saja mobil nanti juga lakunya cukup tinggi dan cukup untuk biaya perjalanan haji dan untuk memberi nafkah yang berada di rumah.

Abah Sayyid Ahmad Nuril Mubin memberi nasehat demikian itu oleh karena beliau merasa sangat sayang kepada muridnya yang mana agar supaya selamat dunia akhirat, sebab pada saat itu keadaan Kang Husein sedang kaya yaitu mempunyai mobil 3 ( tiga ) buah, toko punya 2 ( dua ), tanah cukup luas dan harta lainnyapun dia punya yang mana hal ini maksudnya yaitu agar kondisi diri Kang Husein dibersihkan dari hal-hal yang subhat, karena pada waktu itu dia          ( Kang Husein ) menjadi utusan pengawas keuangan Negara di Kodam V Jawa Barat.

Setelah mobil laku terjual dan alhamdulilah apa yang dikatakan Abah Sayyid Ahmad Nuril Mubin terbukti, namun dalam hal ini bagaimana selanjutnya, karena untuk naik haji yang diterima dari anggota tentara pada saat itu hanya 25 orang sedangkan yang mendaftar sudah mencapai 50 orang dank e 51 termasuk Kang Husein. Selanjutnya Abah Sayyid Ahmad Nuril Mubin berkata : Kau ini bukan mau beli nomor tapi mohon agar supaya maksud naik haji itu dikabul oleh Allah SWT.

Kemudian pada saat itu dia ( Kang Husein ) di do’akan oleh Abah Sayyid Ahmad Nuril Mubin, lalu beliau berkata : Insya Allah berhasil namun syaratnya pada esok hari yaitu pada hari Rabu ± jam 06.00 pagi harus sudah berada di depan pintu yang biasa dilewati oleh Panglima, selanjutnya kau ( Husein ) harus puasa dan membisu, jika ada orang yang bertanya jangan dijawab.

Dan apabila Panglima lewat diiringi oleh ajudan hendak masuk ke ruang kerjanya, langsung saja permohonan naik haji di ajukan jangan ragu-ragu.

Kira-kira jam 07.00 pagi Panglima datang, kemudian apa yang diperintahkan oleh Abah Sayyid Ahmad Nuril Mubin dilaksanakan yaitu permohonan pergi ke tanah suci langsung diajukan dan berkat kharomahnya maka tak banyak komentar langsung saja permohonannya disetujui oleh Panglima Kosasih dan sambil diberi nasehat begini : Syukurlah kau ada maksud pergi ke tanah suci, kalau menurutku mudah-mudahan semua anak-anakmu dapat ikut ke tanah suci.

Dalam hal ini coba kita renungkan, jika bukan karena kharomahnya Syeikh Nuril Mubin, kemungkinan Kang Husein akan dipecat / diskor, sebab sudah bertindak kurang sopan minta tanda tangan permohonan di depan pintu.

Ya Rabbana bi ahlil baitil mushthofa tsabbit Imanana ila yaumil wafa.

 

  • RIWAYAT AYAH KANG HUSEIN 

      Diriwayatkan oleh Bapak Haji Tadjuddin di Babakan Waled Sindang Laut Cirebon, yang mana dia juga masih murid Abah Sayyid Ahmad, adapun dia adalah ayah dari Kang Husein.

Pada suatu hari ( hari ahad ), Abah Sayyid Ahmad Nuril Mubin mengunjungi muridnya yaitu H. Tadjuddin yang berada di kampung Babakan Waled Sindang Laut dimana pada saat itu di kampung Babakan sedang hujan lebat sekali, namun sebelum beliau ( Abah Sayyid Ahmad ) tiba di rumah H. Tadjuddin bertanya kepada istrinya begini : Bu, apakah Ibu memakai wewangian ? maka dijawab oleh istrinya : Tidak Pak, memangnya kenapa Pak ? Tanya istrinya.

Ketika sedang bertanya antara H. Tadjuddin dengan istrinya, tak lama diantaranya tiba-tiba Syeikh Nuril Mubin datang.

Setelah Syeikh Nuril Mubin duduk, kemudian H. Tadjuddin bertanya kepada beliau begini : Apakah Abah membawa / memakai paying / jas hujan ?

Jawab Abah : Tidak, memangnya kenapa ?

Selanjutnya H. Tadjuddin berkata : Mengapa kok tidak basah ? padahal di luar sedang hujan lebat sekali ?

Kemudian Abah menjawab : Sudahlah hal ini jangan terlalu dibesar-besarkan dan jangan diceritakan kepada orang lain.

Dalam kejadian ini kalau renungkan bahwa seolah-olah beliau memperlihatkan kharomahnya agar penulis bersama yang lainnya yakin dan percaya kepada beliau ( Abah Sayyid Ahmad ) adaah panutan akhir jaman dan wakilnya adalah Syekhunal Mukarrom Maolana Abah Umar Panguragan Wetan Cirebon.

Oleh karena itu kita semua harus percaya dengan yakin tanpa ragu-ragu karena tanda-tandanya sudah jelas sekali.

Ada pepatah orang Cirebon demikian : Cekelana worno 6 ( nenem ) ojo sonor ( peganglah / laksanakanlah enam macam jangan ragu-ragu ), Insya Allah nemu isi dunia kang digelor ( Insya Allah mendapatkan cita-cita yang diinginkan ), diantaranya adalah :

  1. Rajin Shalat Sunah Dhuha
  2. Membaca Qur’an sebelum fajar
  3. Shalat Tahajud
  4. Shiddiq
  5. Menepati hak buang batal
  6. Ingat kepada Allah ( dzikrullah ) setiap saat.

Oleh karena itu bagi kita sekalian janganlah khawatir, lakukanlah istiqomah, amar ma’ruf nahi munkar pada diri sendiri, kemudian pada istri, terus pada anak, pada tetangga, dan akhirnya pada teman sedaerah.

( sunda = kabatur sakujur, ka batur sakasur, ka batur sadapur, ka batur sasumur, anu akhirna ka batur salembur ).

Ya Rabbana bi ahlil baitil mushthofa tsabbit Imanana ila yaumil wafa.

 

  • NASEHAT SYEIKH NUR ( 1 )

      Guru kita yaitu Syeikh Nuril Mubin suka berkata : Diri Abah dibandingkan dengan kotoran kalian , masih baik kotoran kalian.

Jadi dalam hal ini kalau kita kaji secara mendalam maka alhasil diri kita mungkin lebih rendah ( buruk ) dari kotoran, maka dalam hal ini kita harus berhati-hati dalam menjaga nama baik guru, baik itu oleh perkataan, ataupun perbuatan, sebab nanti syahadatnya tidak akan menempel / berbekas andai kata jasmani dan rohaninya kotor, yang mana tidak berbeda dengan gelas yang kotor dimana si gelas diisi air kemudian diberikan / dihidangkan kepada tamu, maka tentunya tidak mungkin si tamu mau meminumnya.

Ya Rabbana bi ahlil baitil mushthofa tsabbit Imanana ila yaumil wafa.

  • NASEHAT SYEIKH NUR ( 2 ) 

      Guru kita yaitu Syeikh Nuril Mubin pernah berkata kepada penulis manakib ini ( Encu Suarta ) disaksikan oleh teman seperguruan dari Lembang Bandung yaitu Udin Syamsudin, Mih Yayah ( Istri Bapak Jalil ) besrta ibunya ( Ibu…… ) demikian : Seandainya Abah diberi ijin oleh Allah untuk keliling dunia yang maksudnya untuk memilih mana Kiayi atau Ajengan asli dan yang palsu, maka insya Allah Abah beri tanda di wajahnya antara Kiayi atau Ajengan asli dan yang palsu.

Dalam hal ini cobalah / marilah kita renungkan sejenak, sampai-sampai Abah berkata demikian.

Jika seorang yang benar-benar kekasih Allah ( Arif billah ), yang mana beliau selalu merendahkan diri dan selalu mengaku bodoh, apalagi diri kita ini yang sangat miskin oleh ilmu dan amal, maka dari itu marilah kita memohon kepada Allah SWT agar supaya kita selalu dijadikan umat Nabi Muhammad Rasulullah SAW dan menjadi muridnya Sayyid Nuril Mubin pada akhir jaman ini.

Oleh karena itu kita hidup di alam dunia ini harus taqwa yaitu menjalankan apa yang diperintahkan-Nya, baik itu yang fardlu maupun yang sunahnya dan juga menjauhi segala apa yang dilarang-Nya seperti judi, zina, membunuh, mencuri, menipu, memeras orang lain, mabuk-mabukan ( meminum minuman keras ) dan lain-lain sebagainya.

Ya Rabbana bi ahlil baitil mushthofa tsabbit Imanana ila yaumil wafa.

 

Abah Sayyid Ahmad Nuril Mubin wafat hari Jum’at tanggal 3-4-1970 ( 27 Rajab 1390 H ), dimakamkan di desa Jungjang Arjawinangun Cirebon.

Ajaran tarekat yang diajarkan kepada murid-muridnya adalah tarekat Asy Syazili.

 

  1. WASIAT ABAH SAYYID AHMAD NURIL MUBIN

      Menurut hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori dan Muslim, bahwa malaikat jibril turun ke alam dunia ini 10 ( sepuluh ) kali, diantaranya diutus oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala untuk :

  1. Mencabut berkahnya dunia
  2. Mencabut rasa malunya antara laki-laki dan perempuan
  3. Mencabut adilnya suatu hukuman
  4. Mencabut manfaatnya ilmu
  5. Mencabut hormatnya anak terhadap orang tuanya
  6. Mencabut nasehat orang tua terhadap anaknya
  7. Mencabut hormatnya murid terhadap gurunya
  8. Mencabut nasehat guru terhadap muridnya
  9. Mencabut imanan min ahlil iman ( Mencabut imannya dari orang beriman )
  10. Qiamatul Qubro

 

Menurut buku yang berjudul Bisnis Kaum Sufi, studi tarekat dalam masyarakat industri oleh Radjasa Mu’tasini dan Abdul Munir Mulkhan yang diterbitkan oleh Pustaka Pelajar Yogyakarta, cetakan I, Mei 1998.

Mengetengahkan masalah kehidupan masyarakat penganut torekat Syazily yang berada di daerah Kudus Kulon.

Adapun tokohnya adalah : ( 15 Juli 1990 )

  1. K H Ma’ruf Asnawi, Kampung Jumutan, Demangan Kota Kudus, putranya bernama          Mahfudz
  2. M Syariq, kampung Damaran, kecamatan Kota Kudus
  3. H Buchro, sebagai fungsionalis penting di perusahaan rokok jambu bol dari Ngambalrejo
  4. Abdul Wahab dari Demangan

 

Catatan :

Menurut versi tersebut sentralnya di Pulau Jawa berada di Pekalongan

Pimpinannya adalah Habib Muhammad Bahauddin Muhammad Luthfi Bin Ali Bin Hasyim Bin Umar Thoha Bin Yahya

Tokoh tasawwuf thoriqoh Syazily ( lahir kira-kira tahun 573 H ( 573 – 656 H ). Nama pendirinya adalah Abul Hasan Ali Asy Syazily, yang dalam sejarah silsilahnya ( menurut ahli nasab ) masih berhubungan dengan keturunan Hasan putra Ali Bin Abi Thalib r.a dari pernikahannya dengan Siti Fatimah Az Zahro r.a binti Rasulullah SAW.

Beliau lahir di Amman yaitu salah satu kota kecil di Afrika dekat desa Marsiyah dimana disana hidup seorang wali besar sufi yaitu Abdul Abbas Al Marsyi terletak daerah maghribi.

Syazz artinya jarang karena keistimewaannya dalam berhidmat kepada Allah SWT, Muhammad Al Maghribi ( Abu Muhammad Abdus Salam ) menerangkan bahwa Allah SWT telah menganugrahkan kepada Syazili 3 ( tiga ) perkara yang belum pernah dicapai oleh orang-orang sebelumnya dan sesudahnya ( di masa tabi in ) yaitu :

  1. La ( Syazily ) dan para pengikutnya tertulis namanya dalam lauh mahfuz,
  2. Bahwa orang-orang majezub ( terpilih ) diantara golongannya yakni kembali kedasar kejadian manusia yang suci dan
  3. Bahwa Quthub-quthubnya berjalan abadi sampai hari Qiyamah

 

Konon sebelum ia dilahirkan sudah diumumkan oleh beberapa ulama sufi, yang mana dia  ( Syazily ) akan membuka ilmu dan rahasia keghoiban ( kasyaf ) atas izin Allah Robul’alamin dan akan termasyur pada jamannya dan bermahdzab hanafi.

Konon menurut suatu riwayat tatkala ia ( Syazily ) masuk ke Iraq pertama kalinya bergaul dengan seorang Syeikh Abul Fatah Al Wasithi dan ia minta ditunjukan seorang guru yang berkedudukan Quthub, lalu orang-orang mengatakan bahwa guru yang kau cari itu ada di negerimu sendiri, sehingga aku ( Syazily ) mandi pada suatu mata air yang terdapat di bawah gunung itu dan tatkala aku keluar dari telaga mata air itu, aku merasakan ilmuku sudah bertambah, lalu aku mendekati guruku dan tatkala ia melihatku lalu berkata Marhaban Ya Ali. Kemudian ia ( gurunya ) menceritakan panjang lebar tentang silsilahku sampai berhubungan dengan Rasulullah SAW, sedangkan aku mendengar dengar dengan penuh keheranan.

Pada kesempatan lain Syazili menceritakan bahwa tatkala ia mendatangi gurunya, sebagai murid lalu gurunya mengatakan kepadanya : “Apa engkau datang kepadaku karena ingin mendapat ilmu dan petunjuk dalam beramal ? “, maka ketahuilah bahwa engkau ini adalah salah seorang dari pada guru dunia dan akherat yang terbesar.

Mendengar hal itu Syazili mengemukakan rasa keheranannya, karena beliau sendiri tidak merasakan apa-apa.

Dan tatkala pada suatu kali / waktu ia hendak menanyakan kepada gurunya tentang Ismul’azam ( nama-nama yang agung ), tiba-tiba datanglah seorang anak kecil kepadanya dan berkata dengan lancarnya : “Apakah engkau hendak menanyakan kepada gurumu tentang Ismul’azam ? tidaklah engkau ketahui bahwa engkau sendirilah Ismul’azam itu ?

Menurut kitab torekat Syaziliyah, tidak meletakan syarat-syarat yang berat kepada Syaikh Torekat, kecuali mereka harus meninggalkan semua perbuatan maksiat, memelihara ibadat yang diwajibkan melakukan ibadat sunnat sekuasanya, dzikir kepada Allah sebanyak mungkin ( minimal 1000 X sehari semalam ), istighfar 100 X, sholawat 100 X, serta dzikir yang lainnya.

Dalam kitab Syaziliyah meringkas 20 adab, yaitu : 5 (lima) sebelum mengucap dzikir, 12 (dua belas) dalam melakukan atau mengucap dzikir dan 3 (tiga) sesudah mengucap dzikir.

  • Adapun yang harus dilakukan sebelum dzikir ialah :
  1. Taubat
  2. Mandi dan berwudlu
  3. Diam dan tenang
  4. Mengkhayalkan Syeikh dan
  5. Dzikirnya berpegang pada Syeikh sampai kepada Nabi SAW
  • Adapun yang dilakukan sedang dzikir adalah :
  1. Duduk (Tahiat akhir)
  2. Meletakkan kedua tangan (Telapak tangan terbuka) ke atas pada kedua paha
  3. Memperbaiki pakaian
  4. Berada pada tempat yang gelap
  5. Memejamkan kedua belah mata
  6. Mengingat kepada Syeikh
  7. Shidiq atau benar dengan dzikir
  8. Ikhlas
  9. Hudur (Hadir hati)
  10. Melenyapkan semua yang ada dalam hati kecuali Allah SWT
  • Dan yang harus diperhatikan sesudah dzikir ialah :
  1. Khusyu dan hudur
  2. Menggoyangkan badan
  3. Mencegah minum air karena dapat melenyapkan nur

 

Pokok-pokok dasar torekat Syaziliyah antara lain adalah taqwa kepada Allah SWT lahir bathin, mengikuti sunnah dalam perkataan dan perbuatan, mencegah menggantungkan nasib kepada manusia, rela dengan pemberian Allah SWT baik sedikit maupun banyak, berpegang hanya kepada Allah SWT baik pada waktu susah maupun senang.

Pelaksanaan taqwa dilakukan dengan wara dan istiqomah adapun pelaksanaan sunnah dengan cara penelitian amal (Muqarobah) dan perbaikan budi pekerti/akhlak. Adapun pelaksanaan penggantungan nasib dengan sabar dan tawakal, pelaksanaan rela terhadap Allah SWT dengan sederhana dan merasa puas dengan apa yang ada dan pelaksanaan kembali dan berpegang kepada Allah SWT dengan ucapan tahmid dan syukur. Asy Syaziliyah menyauk/mengambil ilmunya dari 7 (tujuh) sumber yaitu 5 (lima) berada di bumi dan 2 (dua) berada di langit.

Adapun yang berada di bumi yaitu dari Rasulullah SAW dan para sahabat yang 4 (empat) (Abu Bakar Shiddiq ra, Umar bin Khathab ra, Usman bin Affan ra, dan Ali bin Abi Thalib ra).

Adapun yang berada di langit yaitu Jibril as dan roh-roh suci.

Adapun kitabnya antara lain berjudul Al Hikam yang ditulis oleh muridnya yaitu Al Imam Ahmad Abul Fadhal yang gelarnya Tajuddin Bin Muhammad Bin Abdul Karim Bin Atho-illah Iskandary, wafat tahun 1309 H, beliau adalah murid dari Imam Abdul Abbas Al Marsyi, beliau penganut ajaran tasawwuf dan toriqot yang diajarkan oleh Al Imam Abdul Hasan Asy Syazili, yang berisi ± 264 butir-butir hikmah.

Satu Komentar

  1. yahyabin yahya

    nasab keliru, tolong dikoreksi kembali.

Tinggalkan Balasan

Alamat surel Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *